Ahad 12 Feb 2023 19:15 WIB

Dua Organisasi Jerman Tangguhkan Operasi Penyelamatan di Turki

Penangguhan karena masalah keamanan dan laporan adanya bentrokan dan baku tembak

Rep: Lintar Satria / Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
 Kerabat berduka di makam para korban setelah gempa besar di Adiyaman, tenggara Turki, Sabtu (11/2/2023). Lebih dari 24.000 orang tewas dan ribuan lainnya luka-luka setelah dua gempa besar melanda Turki selatan dan Suriah utara pada Senin (6/2/2023).
Foto: EPA-EFE/SEDAT SUNA
Kerabat berduka di makam para korban setelah gempa besar di Adiyaman, tenggara Turki, Sabtu (11/2/2023). Lebih dari 24.000 orang tewas dan ribuan lainnya luka-luka setelah dua gempa besar melanda Turki selatan dan Suriah utara pada Senin (6/2/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Dua organisasi kemanusian Jerman menahan operasi penyelamatan ke daerah terdampak gempa di Turki. Mereka merujuk pada masalah keamanan dan laporan adanya bentrokan antara kelompok masyarakat dan baku tembak.

Organisasi kemanusiaan International Search and Rescue (ISAR) dan Federal Agency for Technical Relief (THW) mengatakan akan segera menggelar kembali operasi mereka setelah badan proteksi sipil Turki, AFAD mengklasifikasi situasinya.

Baca Juga

Manajer Operasional ISAR Steven Bayer mengatakan situasi keamanan sedikit memburuk sejak bencana terjadi. Menurutnya hal itu biasa terjadi dalam situasi seperti saat ini.

"Sebagian karena pada faktanya makanan sudah habis, pasokan air habis, dan masyarakat mencari makanan dan air," kata Bayer di tenda untuk petugas kemanusiaan di Kota Kirikhan, Ahad (12/2/2023).

"Yang kedua harapan masyarakat kini juga semakin memudar, dan harapan kini juga berubah menjadi kemarahan," tambahnya.

Sebelumnya Bayer mengatakan untuk saat ini kelompoknya akan tetap berada di perkemahan gabungan dengan THW. Ia menambahkan dua organisasi itu siap segera membantu bila terdapat indikasi adanya penyintas.

"Terdapat laporan meningkatnya bentrokan antara kelompok-kelompok yang berbeda dan katanya tembakan dilepaskan," kata ISAR dalam pernyataan tertulisnya.

Pihak berwenang Turki belum melaporkan bentrokan di wilayah yang terdampak gempa. Tapi pada Sabtu (11/2/2023) kemarin Presiden Tayyip Erdogan mengomentari situasi keamanan secara umum. Ia mengatakan masa darurat sudah ditetapkan dan telah terjadi sejumlah penjarahan.

"Itu artinya, mulai sekarang, orang-orang yang terlibat dalam penjarahan atau penculikan harus ditindak dengan tegas. Negara ada di belakang mereka (para korban)," katanya dalam kunjungan ke daerah terdampak gempa.

Unit Pasukan Penanggulangan Bencana Austria (AFDRU) juga sempat menangguhkan operasi mereka tapi kemudian dilanjutkan kembali. Juru bicara Kementerian Pertahanan Michael Bauer mencicit tentara Turki sudah mengambil alih perlindungan untuk kontingen AFDRU.

Sekitar 82 tim penyelamat dari angkatan bersenjata Austria sudah berada di Antakya, Turki sejak 7 Februari. Pakar mereka berhasil membebaskan sembilan orang dari bawah reruntuhan.

Swiss mengatakan memantau dengan seksama situasi keamanan di Hatay. Zürich menambahkan keamanan sudah ditingkatkan sesuai dengan situasi.

Swiss mengirim 87 pakar dan delapan anjing untuk membantu operasi penyelamatan. Sejauh ini sejak tiba pada Selasa (7/2/2023) lalu mereka telah menemukan 11 orang, termasuk dua anak bayi. Sebanyak 12 tim tambahan dikirimkan pada Jumat (10/2/2023).

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement