Sabtu 18 Feb 2023 13:56 WIB

Bantuan Korban Gempa Turki Masih Belum Merata

Pengungsi bertahan dengan tidur di tenda, pabrik, kereta api, mobil, dan rumah kaca.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Friska Yolandha
Para pekerja menyiapkan pengiriman perlengkapan tidur untuk para korban gempa bumi di Turki dan Suriah yang kini terkena cuaca musim dingin yang membekukan, di sebuah pabrik Palestina di kota Hebron, Tepi Barat, Kamis (16/2/2023). Warga Palestina telah turun tangan untuk membantu mereka akibat gempa dahsyat di Turki dan Suriah, dengan Otoritas Palestina bahkan mengirimkan tim medis dan ahli lainnya untuk mendukung upaya penyelamatan Turki dan Suriah.
Foto: AP Photo/Nasser Nasser
Para pekerja menyiapkan pengiriman perlengkapan tidur untuk para korban gempa bumi di Turki dan Suriah yang kini terkena cuaca musim dingin yang membekukan, di sebuah pabrik Palestina di kota Hebron, Tepi Barat, Kamis (16/2/2023). Warga Palestina telah turun tangan untuk membantu mereka akibat gempa dahsyat di Turki dan Suriah, dengan Otoritas Palestina bahkan mengirimkan tim medis dan ahli lainnya untuk mendukung upaya penyelamatan Turki dan Suriah.

REPUBLIKA.CO.ID, SAMANDAG -- Hampir dua minggu setelah gempa besar meratakan puluhan ribu bangunan dan membuat jutaan orang mengungsi di Turki dan Suriah, banyak yang masih berjuang untuk memenuhi kebutuhan dasar. Mereka bertahan dengan tidur di tenda, pabrik, kereta api, mobil, dan rumah kaca.

Orang-orang yang terdesak dari rumah di zona bencana menggambarkan berbagai kondisi. Beberapa dapat mandi air panas secara teratur, sementara yang lain takut mati kedinginan.

Baca Juga

Pemerintah Turki dan puluhan kelompok bantuan telah melancarkan upaya bantuan besar-besaran. Pemerintah mengatakan pada 15 Februari, bahwa lebih dari 5.400 kontainer pengiriman telah dikerahkan sebagai tempat berlindung dan lebih dari 200 ribu tenda dikirim.

Tapi itu menghadapi bencana besar. Pemerintah mengatakan, sedikitnya 84 ribu bangunan, berisi lebih dari 332.000 tempat tinggal, hancur akibat gempa 6 Februari atau terlalu rusak untuk digunakan. Hingga saat ini, belum ada angka resmi untuk jumlah orang yang mengungsi di sisi wilayah bencana Turki yang menampung sekitar 14 juta jiwa atau 16 persen dari populasi negara itu.

Penduduk desa pegunungan provinsi Kahramanmaras berjuang untuk tetap hangat selama malam yang sangat dingin. Buyuknacar, sebuah desa yang hanya beberapa kilometer dari pusat gempa berkekuatan 7,8, rusak parah dan 158 orang meninggal.

Dua hari setelah gempa awal, sebuah helikopter militer membawa perbekalan dan pada hari kelima jalan dibersihkan. Meskipun penduduk desa memiliki tenda, tenda itu terlalu tipis untuk menahan hawa dingin. Penduduk desa mengatakan, khawatir kondisi es di pegunungan akan menyebabkan kematian lebih lanjut.

"Kebutuhan dasar kami adalah, pertama, kontainer. Tenda tidak akan berfungsi di sini. Orang-orang di tenda akan mati kedinginan," ujar Umut Sitil.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan, 2,2 juta orang telah meninggalkan zona bencana. Dari jumlah tersebut, kebutuhan rumah sebanyak 1,6 juta telah terpenuhi, termasuk sekitar 890 ribu orang ditempatkan di fasilitas umum seperti asrama mahasiswa dan 50 ribu di hotel.

 

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement