Rabu 22 Feb 2023 11:32 WIB

Cina Khawatir Konflik Rusia-Ukraina Lepas Kendali

Cina sangat khawatir konflik Ukraina akan terus meningkat atau bahkan lepas kendali.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Prajurit Ukraina menembak ke arah posisi Rusia di garis depan dekat Kherson, Ukraina selatan, Rabu, 23 November 2022. Menteri Luar Negeri Cina, Qin Gang pada Selasa (21/2/2023) mengaku sangat khawatir bahwa konflik Ukraina dapat lepas kendali.
Foto: AP Photo/Bernat Armangue
Prajurit Ukraina menembak ke arah posisi Rusia di garis depan dekat Kherson, Ukraina selatan, Rabu, 23 November 2022. Menteri Luar Negeri Cina, Qin Gang pada Selasa (21/2/2023) mengaku sangat khawatir bahwa konflik Ukraina dapat lepas kendali.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Menteri Luar Negeri Cina Qin Gang pada Selasa (21/2/2023) mengaku sangat khawatir konflik Ukraina dapat lepas kendali. Dia meminta negara-negara tertentu berhenti "membakar api" dalam konflik tersebut.

"Cina sangat khawatir konflik Ukraina akan terus meningkat atau bahkan lepas kendali. Kami mendesak negara-negara tertentu segera berhenti mengobarkan api," kata Qin dalam komentar yang tampaknya diarahkan ke Amerika Serikat.

Baca Juga

Qin menambahkan, mereka harus berhenti membesar-besarkan 'hari ini Ukraina, besok Taiwan'. Beijing tahun lalu menjalin kemitraan "tanpa batas" dengan Moskow. Cina telah menahan diri untuk tidak mengutuk invasi Rusia ke Ukraina.  Amerika Serikat telah memperingatkan konsekuensi jika Cina memberikan dukungan militer kepada Rusia.

Komentar Qin muncul ketika kantor berita Rusia TASS melaporkan diplomat senior Cina Wang Yi tiba di Moskow pada Selasa. Selain itu, Presiden Xi Jinping juga akan menyampaikan pidato perdamaian pada Jumat (24/2/2023), bertepatan dengan peringatan satu tahun invasi Rusia ke Ukraina. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Wang Wenbin mengatakan, kunjungan Wang ke Rusia akan menjadi kesempatan untuk mempromosikan hubungan antara kedua negara.

"Cina bersedia mengambil kesempatan untuk bekerja sama dengan Rusia dalam. mempromosikan hubungan bilateral di sepanjang arahan yang ditetapkan oleh kedua kepala negara," kata Wang.

Pada Selasa, Cina merilis sebuah makalah tentang Prakarsa Keamanan Global (GSI). Ini adalah proposal keamanan andalan Xi yang bertujuan untuk menegakkan prinsip keamanan tak terpisahkan. Konsep ini didukung oleh Moskow.

Rusia bersikeras agar pemerintah Barat menghormati perjanjian tahun 1999, berdasarkan prinsip "keamanan tak terpisahkan" bahwa tidak ada negara yang dapat memperkuat keamanannya sendiri dengan mengorbankan negara lain. Pada Senin (20/2/2023) Wang menyerukan negosiasi untuk menyelesaikan perang Ukraina.

Amerika Serikat menempatkan Cina dan Rusia sebagai dua ancaman terbesar terhadap keamanan negara.  Xi telah mendukung Presiden Rusia Vladimir Putin, dan menolak tekanan Barat untuk mengisolasi Moskow

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken memperingatkan, Amerika Serikat sangat khawatir hina sedang mempertimbangkan untuk memberikan bantuan senjata ke Rusia. "Ada berbagai jenis bantuan mematikan yang setidaknya mereka pertimbangkan untuk diberikan, termasuk senjata," kata Blinken dalam wawancara dengan NBC News.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement