Rabu 22 Feb 2023 11:54 WIB

PBB: Lebih dari 8.000 Warga Sipil di Ukraina Tewas dalam Perang

PBB meyakini angka warga sipil yang tewas dalam perang sebagai puncak gunung es.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
 Sebuah tubuh tertutup di tempat kejadian di Zaporizhzhia, Ukraina, 30 September 2022, di mana konvoi warga sipil dihantam oleh rudal Rusia. Lebih dari 8.000 warga sipil telah tercatat tewas di Ukraina sejak invasi Rusia hampir setahun yang lalu.
Foto: EPA-EFE/ATEF SAFADI
Sebuah tubuh tertutup di tempat kejadian di Zaporizhzhia, Ukraina, 30 September 2022, di mana konvoi warga sipil dihantam oleh rudal Rusia. Lebih dari 8.000 warga sipil telah tercatat tewas di Ukraina sejak invasi Rusia hampir setahun yang lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Lebih dari 8.000 warga sipil telah tercatat tewas di Ukraina sejak invasi Rusia hampir setahun yang lalu. Kantor hak asasi manusia PBB pada Selasa (21/2/2023) menggambarkan angka itu sebagai "puncak gunung es".

Jumlah korban terbaru mewakili revisi kenaikan yang signifikan dari penghitungan sebelumnya yaitu 7.199 korban tewas sejak dimulainya invasi. Sekitar 90 persen korban meninggal  akibat senjata peledak.

Baca Juga

“Data kami hanyalah puncak gunung es. Korban sipil tak tertahankan,” kata Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia Volker Turk dalam sebuah pernyataan.

Kepala Misi Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa di Ukraina, Matilda Bogner meyakini ribuan kematian warga sipil masih harus dihitung karena terus bertambah. Sebagian besar warga sipil yang meninggal berada di Kota Mariupol, Ukraina selatan, yang sekarang di bawah kendali Rusia.

Penghitungan PBB mencakup 2.000 kematian warga sipil di Mariupol, yang merupakan rumah bagi sekitar 450.000 orang sebelum Rusia mengepungnya selama tiga bulan. Rusia kemudian menghancurkan kota itu hingga rata dengan tanah. Rusia menyangkal dengan sengaja menargetkan warga sipil dalam apa yang disebutnya sebagai "operasi militer khusus".

"Kami memiliki informasi yang tidak dapat dibuktikan yang menunjukkan bahwa jumlahnya ribuan lebih tinggi dari yang kami dokumentasikan dan sejumlah besar dari mereka berasal dari Mariupol," kata Bogner kepada wartawan.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement