Rabu 22 Feb 2023 15:10 WIB

Meski Dikenai Sanksi Ekonomi, Produk Barat Masih Banyak Beredar di Rusia

Perusahaan Eropa, Amerika Utara, dan Jepang telah hengkang dari Rusia sejak invasi.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
File foto orang-orang menunggu dalam antrean untuk memasuki toko IKEA di pinggiran St. Petersburg, Rusia, Kamis, 3 Maret 2022.
Foto: AP/Dmitri Lovetsky
File foto orang-orang menunggu dalam antrean untuk memasuki toko IKEA di pinggiran St. Petersburg, Rusia, Kamis, 3 Maret 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Merek-merek Barat mungkin telah meninggalkan Rusia, tetapi produk mereka masih banyak beredar. Misalnya saja, truk yang membawa Coca Cola melintasi perbatasan ke Rusia, kemudian turis yang kembali dari luar negeri membawa pakaian keluaran terbaru Zara, dan pasar online lokal mengambil stok furnitur IKEA.  

Perusahaan Eropa, Amerika Utara, dan Jepang telah hengkang dari Rusia sejak invasinya ke Ukraina. Namun keluarnya perusahaan Barat tidak berdampak signifikan bagi konsumen Rusia. Perubahan utama adalah memasok rute, tetapi produk tetap tersedia baik online maupun di toko. Pembeli hanya perlu mencari informasi lebih lanjut untuk menemukan produk Barat yang mereka cari. 

Baca Juga

Hal paling penting adalah barang terkait tidak dikenai sanksi dan dikirim melalui arus lintas batas yang legal. Moskow dengan senang hati mengizinkan masuknya produk Barat melalui rute apa pun yang mereka ambil.

Ketersediaan produk Barat yang berkelanjutan menunjukkan tantangan yang dihadapi perusahaan dalam mengendalikan rantai pasokan saat keluar dari pasar Rusia. Zara Inditex menutup 502 tokonya di Rusia setelah Moskow mengirim pasukannya ke Ukraina. Zara kemudian menjual tokonya ke Daher Group yang berbasis di UEA.

Sekarang, impor Zara turun namun penjualan produk mereka secara online di kalangan pembeli Rusia telah meningkat. Seorang warga Rusia, Albina (32 tahun) pergi ke Minsk, Belarus dengan membawa koper kosong pada musim panas lalu. Sehari kemudian dia kembali ke Rusia dengan membawa berbagai macam pakaian merek Zara, Bershka, dan Massimo Dutti senilai 33.000 rubel untuk dirinya dan teman-temannya. Albina mengatakan kepada Reuters bahwa dia juga membeli pakaian di Paris dan Dubai dengan menggunakan jaringan penjual online.

"Ada halaman di Instagram, di Telegram, ada gadis-gadis yang saya kenal yang pindah untuk tinggal di Eropa atau Istanbul atau Dubai. Mereka mengumpulkan pesanan, katakanlah di Istanbul, mereka mengambil 15 persen hingga 30 persen  (sebagai komisi), lalu mengirimkannya ke sini dan Anda membayar pengirimannya," ujar Albina.

Konsumen Rusia punya andil terhadap penguatan mata uang rubel, yang sebelumnya sempat mengalami penurunan pada awal invasi. Direktur Pemasaran layanan pengiriman dari situs e-commerce asing CDEK Forward, Dinara Ismailova, mengatakan, dinamika mata uang disebabkan  meningkatnya pengiriman dari Turki sebanyak tujuh kali lipat.

"Ketika produk Barat akan hengkang ada kepanikan, dan jumlah volume serta pesanan meningkat tajam," kata Ismailova.

Tahun lalu, omzet CDEK Forward berlipat ganda. Sebanyak 80 persen pemasukan perusahaan tersebut berasal dari pengiriman pakaian. Sementara omset pengiriman barang naik tiga kali lipat.

"Ini sebanding dengan jika Anda secara pribadi pergi ke toko Zara di New York, membeli sesuatu di sana dan mengirimkannya ke teman Anda di Moskow," kata Ismailova.

Saat rantai pasokan terganggu,  Rusia melegalkan impor paralel, yang memungkinkan pengecer membawa produk dari luar negeri tanpa izin pemilik merek dagang. Situs e-commerce menjual berbagai macam barang impor, dan penjual sering mempromosikan bahwa mereka membawa produk dari luar negeri.

Retail online terbesar di Rusia Wildberries menjual stok lama dari merek Inditex dan memiliki hampir 17.000 barang di katalog Zara.  Sebuah sumber yang dekat dengan Inditex menyatakan ini adalah stok izin yang ada di Rusia ketika menghentikan aktivitas di sana.

Coca-cola adalah satu produk Barat yang banyak dijual di Wildberries, Ozon, dan Yandex Market. Coca-Cola Co berhenti memproduksi dan menjual produknya di Rusia tahun lalu. Jaringan retail Rusia telah mengimpor Coca-Cola dengan label pada kaleng dan botol yang menunjukkan bahwa minuman tersebut berasal dari Eropa, Kazakhstan, Uzbekistan, dan Cina.

Mekanisme impor paralel menyebabkan Coca-Cola di Rusia bervariasi. Tergantung dari tempat produksi minuman itu. Di salah satu supermarket Moskow, tiga kaleng Coca-Cola dijual dengan tiga harga berbeda, masing-masing diimpor dari Denmark, Polandia, dan Inggris. Seorang karyawan senior di pengecer besar menjelaskan bagaimana perusahaan beradaptasi.

"Kontak dengan cepat dibuat dan kontrak baru dengan mitra baru ditandatangani, aliran uang baru dan rantai pasokan logistik dengan perusahaan Turki, Polandia dan Kazakh diluncurkan. Namun, pembeli yang membayar lebih untuk ketidaknyamanan baru ini," kata karyawan yang tak mau disebutkan namanya. 

CEO platform pemeriksaan digital Publican, Ram Ben Tzion, mengatakan, saat rute baru dikembangkan, maka ada logistik tambahan, biaya perjalanan dan penskalaan akan turun. Mekanisme impor paralel ini membuat perdagangan relatif tidak efisien.

“Mekanisme impor paralel telah dikonsolidasikan dan diperluas, artinya hampir semua hal dapat diakses dan masih akan terjadi di masa depan,” kata Ben Tzion, menunjuk ke antrean truk perbatasan dan entitas baru yang bermunculan di negara bagian terdekat.

"Coca Cola dapat dengan mudah melihat 'lonjakan permintaan' dari negara-negara tetangga Rusia, tempat sebagian besar impor paralel berasal," kata Ben Tzion menambahkan.

Sejauh ini Coca-Cola menolak berkomentar. Negara-negara "sahabat" yang tidak memberlakukan sanksi telah menggenjot ekspor ke Rusia.

Perdagangan Cina-Rusia mencapai rekor 1,28 triliun yuan atau 186 miliar dolar AS tahun lalu. Sementara ekspor Turki ke Rusia melonjak 61,8 persen menjadi 9,34 miliar dolar dan ekspor Kazakhstan naik 25,1 persen menjadi 8,78 miliar dolar AS.

Beberapa merek menghadapi perjuangan selama bertahun-tahun untuk melawan impor ilegal. "Rute pasokan informal dapat menyebabkan lebih banyak barang berkualitas buruk masuk ke Rusia, karena regulator kehilangan pengawasan," kata Ben Tzion.

Raksasa furnitur Swedia IKEA menjual sahamnya ke Yandex Market, yaitu divisi e-commerce raksasa teknologi Yandex, ketika meninggalkan Rusia. Pemilik merek IKEA, Inter IKEA Group mengatakan, mereka telah menjual sisa stok dengan jumlah yang tidak diungkapkan ke Yandex.

Yandex Market mengatakan, penjualan ini menempatkan pemasok yang sebelumnya menjual barang melalui toko IKEA dalam kontak langsung dengan pelanggan. Tetapi mantan pemasok juga siap menjual barang-barang IKEA yang dimodifikasi ringan dengan nama berbeda.  Seseorang sudah mengiklankan satu set tempat tidur yang disebutnya "ARUA (analog dari IKEA BERGPALM)". Kendati peluang baru terbuka untuk perusahaan Rusia, fiksasi dengan merek Barat dapat menghambat upaya untuk meningkatkan produksi lokal.

"Seiring waktu, kekuatan pasar akan terus mendorong produk-produk yang biasa digunakan orang Rusia ke pasar dan sementara ada aspirasi untuk pindah ke 'Made in Russia', akan sangat sulit untuk benar-benar membuat orang terhubung dengan minuman bersoda Rusia," kata Ben Tzion. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement