REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Presiden Belarusia Alexander Lukashenko akan mengunjungi Cina. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Hua Chunying mengatakan, Lukashenko akan berkunjung dari 28 Februari hingga 2 Maret 2023.
Belarusia sangat mendukung Rusia dan membiarkan wilayahnya digunakan sebagai tempat persiapan untuk invasi awal ke Ukraina setahun yang lalu. Lukashenko telah menjadi satu-satunya presiden Belarusia sejak posisi itu dibuat pada 1994 dan menghancurkan protes pada 2020 atas pemilihannya kembali yang disengketakan dalam pemungutan suara yang dianggap curang oleh oposisi dan negara-negara Barat.
Kunjungan itu dilakukan saat para pejabat tinggi Amerika Serikat (AS) mengulangi peringatan kepada Cina agar tidak memberikan bantuan militer kepada Rusia dalam perangnya di Ukraina. Direktur CIA William Burns mengulangi pernyataan sebelumnya dengan mengatakan Cina sedang mempertimbangkan penyediaan peralatan mematikan.
"Kami juga belum melihat bahwa keputusan akhir telah dibuat, dan kami tidak melihat bukti pengiriman peralatan mematikan yang sebenarnya," ujar Burns menegaskan tindakan itu akan menjadi taruhan yang sangat berisiko dan tidak bijaksana.
Beijing mengklaim memiliki sikap netral dalam perang yang dimulai satu tahun lalu itu. Cina harus menerima tuduhan itu karena memiliki hubungan tanpa batas dengan Rusia dan menolak untuk mengkritik invasi atau bahkan menyebutnya begitu.
Beijing menuduh Barat memprovokasi konflik dan mengipasi dengan menyediakan senjata pertahanan kepada Kiev. AS mencorengnya atas tuduhan bantuan militer dan menegaskan kembali bahwa Cina hanya mencari perdamaian antara Rusia dan Ukraina.
Beijing pada hari Jumat mengeluarkan proposal yang menyerukan gencatan senjata dan pembicaraan damai antara Ukraina dan Rusia. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dengan hati-hati menyambut keterlibatan Cina meski menegaskan kesuksesan akan bergantung pada tindakan, bukan kata-kata.