Rabu 08 Mar 2023 07:30 WIB

Cina Tegaskan tak akan Intervensi Urusan Timur Tengah

Cina akan terus membela keadilan dan mendukung negara-negara di kawasan Timur Tengah.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nidia Zuraya
Menteri Luar Negeri China Qin Gang memberi isyarat setelah konferensi pers di Beijing, China, Selasa (7/3/2023). Menteri Luar Negeri Cina Qin Gang mengatakan Cina sepenuhnya menghormati negara-negara Timur Tengah sebagai tuan bagi urusannya sendiri.
Foto: EPA-EFE/MARK R. CRISTINO
Menteri Luar Negeri China Qin Gang memberi isyarat setelah konferensi pers di Beijing, China, Selasa (7/3/2023). Menteri Luar Negeri Cina Qin Gang mengatakan Cina sepenuhnya menghormati negara-negara Timur Tengah sebagai tuan bagi urusannya sendiri.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Menteri Luar Negeri Cina Qin Gang mengatakan, Cina sepenuhnya menghormati negara-negara Timur Tengah sebagai tuan bagi urusannya sendiri. Sehingga, menurut dia, Cina tidak berniat mengisi apa yang disebut 'kevakuman' kekuasaan.

Di sela sidang tahunan parlemen di Beijing, Selasa (7/3/2023), Qin mengatakan, Cina akan terus membela keadilan dan mendukung negara-negara di kawasan Timur Tengah mengatasi masalah melalui penyelesaian politik dengan dialog dan konsultasi.

Baca Juga

Pekan lalu Ketua Senat Amerika Serikat (AS) dari Partai Republik Mitch McConnell mengkritik pemerintah Presiden Joe Biden atas hilangnya pengaruh AS di Timur Tengah. Ia mengatakan kevakuman AS dari kawasan akan diisi oleh Cina dan Rusia.

Di ruang sidang Senat, McConnell mengatakan akhir bulan lalu ia bertemu mitra-mitra AS di Eropa dan Timur Tengah. Dalam pidatonya McConnell mengatakan mengirimkan pesan pada Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) melawan invasi Rusia ke Ukraina tidak hanya mengubah masa depan dengan Rusia tapi juga dengan Cina dan Iran.

"Kami bertemu dengan pemimpin Israel, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, dan kesepakatan besar yang kami lihat membesarkan hati, Amerika memiliki banyak teman di Timur Tengah," katanya seperti dikutip dari situs anggota Senat dari Partai Republik.

"Perjanjian Abraham mempersatukan orang Arab dan Israel hingga tingkatan yang tidak terbayangkan 15 atau 20 tahun yang lalu dan mempersatukan mereka juga kepentingan kami sendiri, mitra-mitra kami bahkan ingin hubungan yang lebih kuat dengan Amerika Serikat," tambah McConnell.

Perjanjian Abraham yang diprakarsai pemerintahan mantan Presiden Donald Trump mendorong Uni Emirat Arab, Qatar, dan beberapa negara lainnya menormalisasi hubungan dengan Israel. Langkah ini dikritik keras Palestina dan beberapa negara lainnya.

"Tapi masalahnya, seperti di Eropa, teman-teman kami (di Timur Tengah) mempertanyakan keandalan dan komitmen Amerika, mitra-mitra kami tidak meminta kami menangani keamanan mereka. Mereka ingin Amerika yakin dan terlibat untuk berkoordinasi lebih dekat dengan mereka dan membantu mereka meningkatkan pertahanan mereka," kata McConnell.

"Bila Amerika tidak terlibat di Timur Tengah beberapa mitra kami akan beralih ke kekuatan besar lain, dunia di mana Cina dan Rusia memperluas pengaruhnya di kawasan penting tidak baik untuk Amerika," tambahnya.

"Tapi terlalu sering, pemerintah beralih ke pedoman era (mantan Presiden Barack) Obama yang merayu musuh dibanding berdiri bersama teman-teman kami," katanya.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement