Rabu 08 Mar 2023 02:00 WIB

Korut Bakal Deklarasikan Perang Jika AS Ganggu Uji Coba Senjata Strategis

Korut menyebut latihan militer AS dan Korsel memicu ketegangan di Semenanjung Korea.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
Dalam foto yang disediakan oleh pemerintah Korea Utara ini, pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, tengah, menghadiri upacara pemberian sistem peluncuran roket multipel super besar 600mm di taman markas besar Partai Buruh Korea di Pyongyang, Korea Utara, Sabtu, 31 Desember 2022.
Foto: Korean Central News Agency/Korea News Service
Dalam foto yang disediakan oleh pemerintah Korea Utara ini, pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, tengah, menghadiri upacara pemberian sistem peluncuran roket multipel super besar 600mm di taman markas besar Partai Buruh Korea di Pyongyang, Korea Utara, Sabtu, 31 Desember 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Utara akan menyatakan deklarasi perang jika Amerika Serikat (AS) mengambil tindakan militer terhadap uji coba senjata strategis Pyongyang. Korea Utara juga menyalahkan latihan militer bersama antara Amerika Serikat dan Korea Selatan atas meningkatnya ketegangan di Semenanjung Korea. 

Saudara perempuan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un, Kim Yo-jong mengisyaratkan, Korea Utara dapat menembakkan lebih banyak rudal ke Samudra Pasifik. Amerika Serikat dan sekutunya tidak pernah menembak jatuh rudal balistik Korea Utara, yang dilarang oleh Dewan Keamanan PBB. Tetapi pertanyaan tersebut menarik perhatian baru karena Korea Utara menyatakan akan menembakkan lebih banyak rudal ke Jepang.

Baca Juga

"Samudra Pasifik bukan milik dominium AS atau Jepang," kata Kim Yo-jong. 

Analis mengatakan, jika Korea Utara menindaklanjuti ancamannya untuk mengubah Samudra Pasifik menjadi "jarak tembak", maka itu akan memungkinkan Korea Utara membuat kemajuan teknis dan menandakan tekad militernya.

Dalam pernyataan terpisah, kepala Bagian Berita Luar Negeri di Kementerian Luar Negeri Korea Utara menuduh AS memperburuk situasi dengan melakukan latihan udara bersama dengan pembom B-52 pada Senin (6/3/2023), dan merencanakan latihan lapangan AS-Korea Selatan.

Sebagai tanggapan, Kementerian Unifikasi Korea Selatan, yang menangani hubungan dengan Korea Utara, mengatakan, pengembangan nuklir dan rudal Pyongyang harus disalahkan atas situasi yang memburuk.

Amerika Serikat mengerahkan pembom B-52 untuk latihan bersama dengan jet tempur Korea Selatan. Menurut Kementerian Pertahanan Korea Selatan, latihan ini adalah unjuk kekuatan melawan ancaman nuklir dan rudal Korea Utara. Korea Selatan dan AS melakukan lebih dari 10 hari latihan militer skala besar yang dikenal sebagai latihan Freedom Shield mulai pekan depan.

Pada Selasa (7/3/2023) pesawat tempur AS dan Korea Selatan berlatih lepas landas dengan cepat dalam latihan yang dirancang sebagai tanggapan atas ancaman Korea Utara untuk menghancurkan lapangan udara. Tentara Korea Utara mengatakan, musuhnya meluncurkan 30 peluru artileri di dekat perbatasan pada Selasa. Korea Utara menuntut penghentian segera atas tindakan provokatif tersebut.

Sekitar 28.500 tentara AS ditempatkan di Korea Selatan sebagai warisan Perang Korea 1950-1953, yang berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai. Hal ini membuat kedua negara secara teknis masih berperang.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement