REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) mengatakan, mereka membutuhkan 876 juta dolar AS atau setara Rp 13,462 triliun (kurs Rp 15.367 per dolar AS) untuk memenuhi kebutuhan kemanusiaan pengungsi Rohingya di Bangladesh. Berkurangnya sumbangan pada minoritas tertindas itu memotong jatah makan mereka.
Sekitar satu juta orang muslim Rohingya tinggal di pemukiman pengungsi di Bangladesh. Sebagian besar melarikan diri dari penindakan keras militer Myanmar pada tahun 2017.
Turunnya janji bantuan pada tahun 2022 menyisakan 533 juta dolar AS untuk memenuhi kebutuhan mereka. Jauh di bawah dana yang dibutuhkan PBB untuk membantu pengungsi Rohingya.
Kantor Pengungsi PBB mendesak donor internasional menaikan komitmen mereka atau krisis kemanusiaan berkepanjangan yang dialami masyarakat Rohingya akan semakin memburuk.
"Setiap hari hampir satu juta perempuan, laki-laki dan anak-anak Rohingya bangun dengan kabut ketidakpastian mengenai masa depan mereka," kata perwakilan Kantor Pengungsi PBB untuk Bangladesh, Johannes van der Klaauw seperti dikutip dari the Strait Times, Selasa (7/3/2023).
"Dengan menurunnya anggaran, pengungsi menghadapi lebih banyak tantangan setiap hari," katanya.
Turunnya dana bantuan memaksa Progam Pangan Dunia (WFP) memotong jatah makanan untuk pengungsi di pemukiman sementara bulan Maret lalu sementara malnutrisi merajalela. Van der Klaauw mengatakan pemotongan jatah makanan ini akan meningkatkan angka malnutrisi, putus sekolah dan pernikahan anak.
Operasi militer Myanmar ke Rohingya memaksa 750 ribu minoritas muslim di negara mayoritas Buddha itu mengungsi ke negara tetangga, Bangladesh. Para pengungsi bercerita bagaimana militer membunuh, memperkosa dan membakar rumah-rumah mereka dalam operasi militer yang kini menjadi penyelidikan genosida.
Bangladesh kesulitan membantu begitu banyak pengungsi. Prospek untuk memulangkan mereka ke Myanmar atau menempatkan ke tempat lain sangat kecil.
Orang Rohingya yang tinggal di tenda-tenda pengungsi di sekitar Cox's Bazar dilarang mencari pekerjaan. Hampir seluruh populasi bergantung pada bantuan kemanusiaan yang terbatas.
Berdasarkan data Kantor Pengungsi PBB banyak pengungsi Rohingya mencoba melakukan perjalanan berbahaya lewat laut untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Sepanjang tahun 2022 diperkirakan hampir 200 orang Rohingya tewas atau hilang dalam pelayaran-pelayaran itu.