REPUBLIKA.CO.ID, ATHENA -- Puluhan ribuan orang turun ke jalan dan pegawai kereta mogok kerja untuk meluapkan kemarahan atas kecelakaan kereta paling mematikan di Yunani pekan lalu. Peristiwa yang menewaskan 57 orang itu memicu kemarahan masyarakat atas buruknya sistem jaringan kereta di negara itu.
Pada Rabu (8/3/2023) pegawai kereta yang mogok kerja mengatakan pengabaian, kekurangan tenaga kerja dan investasi pemicu kecelakaan 29 Februari lalu. Unjuk rasa ini menjadi protes terbesar bagi pemerintah yang terpilih pada pemilihan umum 2019 lalu.
Polisi memperkirakan lebih dari 60 ribu orang termasuk pegawai transportasi, mahasiswa, dan guru berpartisipasi dalam unjuk rasa yang digelar di seluruh Yunani. Lebih dari 40 ribu orang pawai menuju gedung parlemen di pusat Athena.
Mereka berteriak "pembunuh" dan "kami semua di gerbong yang sama."
Kekerasan sempat terjadi saat sekelompok demonstran bentrok ke polisi yang melepaskan tembakan gas air mata ke massa. Pengunjuk rasa melempar bom molotov ke depan gedung parlemen dan membakar mobil dan tong sampah.
Ribuan orang di kota terbesar kedua di Yunani, Thessaloniki, juga menggelar aksi unjuk rasa. Sekelompok demonstran melempar batu ke gedung pemerintah. Sebagian besar dari 350 penumpang kereta yang bertabrakan dengan kereta barang merupakan mahasiswa yang hendak kembali ke kampus mereka di Thessaloniki.
Sebuah papan protes di unjuk rasa di Athena bertulis "kirim pesan saat kamu sudah tiba,", kalimat ini menjadi slogan unjuk rasa satu pekan terakhir.
"Anda merasa marah karena pemerintah tidak melakukan apa pun untuk anak-anak ini, transportasi publik kacau," kata salah satu mahasiswa Nikomathi Vathi yang berusia 19 tahun.
"Kami di sini untuk melakukan perubahan," kata mahasiswa lain Vaggelis Somarakis.
Pemerintah dari sayap konservatif yang berencana menggelar pemilihan pekan depan berjanji memperbaiki sistem kereta. Menteri Transportasi George Gerapetritis mengatakan ia memahami kemarahan masyarakat.
"Tidak ada kereta yang akan berangkat, bila tingkat keselamatan kami belum semaksimal mungkin," katanya dalam konferensi pers mengenai penangguhan layanan kereta.
Mogok kerja pegawai kereta sudah menghentikan operasi kereta sejak Kamis (2/3/2023). Mereka menuntut protokol keselamatan diperbaiki setelah bertahun-tahun tidak didengar dan janji untuk "memberlakukan keselamatan" hingga dapat dipastikan kecelakaan tidak akan terulang kembali.
"Kami masinis sudah mengajukan keluhan mengenai hal-hal ini, kami telah menggelar mogok kerja mengenai ini, kami telah memberikan peringatan, kami memprotes," kata ketua serikat masinis Yunani Kostas Genidounias.
"Mereka mengatakan kami berbohong, kami memfitnah, kami memiliki kepentingan lain, pada akhirnya terlihat pekerja yang benar," tambahnya.
Serikat pekerja sektor publik terbesar di Yunani, ADEDY ikut menggelar mogok kerja selama 24 jam. Aksi solidaritas pekerja transportasi kota mengganggu operasi metro, tram dan bus di ibukota. Kapal-kapal juga masih berlabuh di pelabuhan karena awak kapal juga berpartisipasi dalam aksi ini.
"Bukan waktunya untuk tetap bungkam," kata serikat guru.
Pemerintah yang masa jabatannya berakhir bulan Juli menyalahkan kecelakaan 29 Februari pada kesalahan manusia dan kekurangan yang tidak diperbaiki selama bertahun tahun. Perdana Menteri Kyriakos Mitsotakis menyerahkan tanggung jawab ke Gerapetritis, salah satu sekutu terdekatnya.
Gerapetritis mengatakan dana investasi akan digelontorkan untuk meningkatkan infrastruktur dan menambah karyawan. Ia juga berjanji untuk mengungkapkan penyebab kecelakaan.
Selama krisis utang, Yunani menjual perusahaan kereta milik negara yang bernama Hellenic Train ke perusahaan milik negara Italia, Ferrovie dello Stato Italiane pada 2017 lalu. Penjualan itu bagian dari syarat kesepakatan bantuan Uni Eropa dan Dana Moneter Internasional.