Senin 13 Mar 2023 13:34 WIB

Militer Korsel-AS Mulai Gelar Latihan Gabungan

Militer Korsel dan AS mulai latihan gabungan terbesar selama beberapa tahun terakhir

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Juru bicara Kepala Staf Gabungan Korea Selatan Kolonel Lee Sung-jun (kanan), dan  juru bicara Pasukan AS di Korea Kolonel Isaac Taylor, mengadakan konferensi pers bersama untuk mengumumkan bahwa Korea Selatan dan Amerika Serikat berencana memulai kerja sama gabungan latihan militer musim semi akhir bulan ini karena mereka berusaha untuk meningkatkan pencegahan terhadap ancaman nuklir dan rudal Korea Utara yang berkembang di kementerian pertahanan di Seoul, Korea Selatan, Jumat (3/3/2023).
Foto: EPA-EFE/YONHAP
Juru bicara Kepala Staf Gabungan Korea Selatan Kolonel Lee Sung-jun (kanan), dan juru bicara Pasukan AS di Korea Kolonel Isaac Taylor, mengadakan konferensi pers bersama untuk mengumumkan bahwa Korea Selatan dan Amerika Serikat berencana memulai kerja sama gabungan latihan militer musim semi akhir bulan ini karena mereka berusaha untuk meningkatkan pencegahan terhadap ancaman nuklir dan rudal Korea Utara yang berkembang di kementerian pertahanan di Seoul, Korea Selatan, Jumat (3/3/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Militer Korea Selatan (Korsel) dan Amerika Serikat (AS) memulai latihan gabungan terbesar mereka selama beberapa tahun terakhir, pada Senin (13/3/2023). Sementara Korea Utara (Korut) yang menilai latihan itu persiapan invasi menggelar uji coba rudal jelajah dari kapal selam sebagai bentuk protes.

Uji coba rudal jelajah Korut pada Ahad (12/3/2023) kemarin menjadi sinyal negara itu akan menggelar uji coba senjata provokatif sepanjang latihan gabungan militer Korsel-AS yang digelar selama 11 hari. Pekan lalu Pemimpin Korut Kim Jong-un memerintahkan pasukannya bersiap membalas "langkah persiapan perang besar" musuh.

Baca Juga

Latihan Korsel-AS melibatkan latihan simulasi komputer yang dinamakan Freedom Shield 23 dan beberapa latihan lapangan yang secara keseluruhan dinamakan Warrior Shield FTX.

Sebelumnya militer Korsel dan AS mengatakan simulasi komputer dirancang untuk memperkuat pertahanan dan kemampuan respon negara-negara sekutu dalam menghadapi semakin tingginya ancaman nuklir Korut dan perubahan lingkungan keamanan lainnya. Korsel dan AS juga mengatakan latihan lapangan akan kembali ke skala latihan Foal Eagle yang terakhir kali digelar tahun 2018.

Baru-baru ini militer AS mengeluarkan pernyataan yang mengatakan latihan lapangan memperkuat militer dua negara. "(Baik) di udara, darat, laut, luar angkasa, siber dan operasi khusus, dan meningkatkan taktik, teknik dan prosedur," kata militer AS.

Media pemerintah Korut mengatakan Pyongyang meluncurkan dua rudal jelajah dari kapal selam di pinggir pantai sebelah timur Korut. KCNA menambahkan uji coba itu menunjukkan tekad Korut untuk merespon manuver militer "imperalis AS dan pasukan boneka Korsel dengan kekuatan yang besar."  

KCNA menyebut rudal-rudal itu sebagai senjata "strategis" dan peluncurannya membuktikan postur operasi "pencegahan perang nuklir" Korut. Kantor berita itu menekankan Pyongyang berniat mempersenjatai rudal jelajahnya dengan hulu ledak nuklir.

KCNA mengatakan dua rudal itu terbang selama lebih dari dua jam, dengan pola terbang berbentuk angka delapan dan memperlihatkan kemampuan mengenai target sejauh 1.500 kilometer. Rudal-rudal jelajah itu ditembakan dari kapal selam 8.24 Yongung yang juga digunakan dalam uji coba rudal balistik tahun 2016 lalu.

Profesor dari University of North Korean Studies di Seoul, Kim Dong-yub mengatakan detail laporan peluncuran tersebut menunjukkan, Jepang termasuk pangkalan militer AS di Okinawa, masuk dalam jangkauan tembak bila rudal-rudal jelajah ditembakan dari perairan timur Korut. Ia menambahkan rudal-rudal itu dapat menjangkau Guam, AS, bila kapal selam dapat beroperasi lebih jauh dari perairan Korut.

Uji coba Ahad kemarin merupakan peluncuran rudal bawah laut Korut pertama sejak Korut menembakan rudal silo bawah tanah bulan Oktober lalu. Pada Mei tahun lalu Korut meluncurkan rudal jarak pendek dari kapal selam yang sama.

Sistem komando rudal jejalah kapal selam Korut akan mempersulit musuh mendeteksi peluncuran rudalnya dan memberikan kemampuan untuk menggelar serangan balik.

Pakar mengatakan butuh waktu bertahun-tahun, sumber daya yang besar dan peningkatan teknologi yang signifikan sampai Korut bisa memiliki beberapa kapal selam yang dapat berlayar dibawah laut tanpa terdeteksi dan memiliki daya serang yang diandalkan.

Uji coba Ahad kemarin merupakan peluncuran rudal jelajah bawah laut pertama Korut karena peluncuran rudal bawah laut sebelumnya melibatkan rudal balistik. Pengamat mengatakan peluncuran kemarin juga pertama kalinya Korut menembakan beberapa rudal dalam satu kegiatan uji coba.

"Saat laporan menyebutkan usaha membangun (kapal selam lebih besar) hanya ada sedikit kemajuan karena sanksi, Korea Utara ingin menunjukkan mereka masih hampir bisa mengembangkan jenis rudal yang bisa ditembakan dari kapal selam," kata pakar kapal selam dari Kyonggi University, Moon Keun-sik.

Moon mengatakan rudal jejalah kapal selam Korut kemungkinan untuk menyerang kapal induk atau kapal besar AS atau target jarak pendek lainnya di daratan. Sementara Korut ingin menggunakan rudal balistik untuk menyerang wilayah AS.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement