REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Jaksa Korea Selatan (Korsel) mendakwa setidaknya 137 orang atas tuduhan berusaha menghindari wajib militer, pada Senin (13/3/2023). Dakwaan itu termasuk tuduhan bagi mereka yang membantu pelanggaran semacam itu. Jaksa juga bersumpah meningkatkan upaya mencegah kejahatan ini terjadi di masa depan.
Di antara mereka yang didakwa berusaha menghindari wajib militer itu berasal dari berbagai kalangan anak muda, mulai dari pemuda biasa, pengacara, dokter, musisi, aktor, atlet profesional hingga kepala agensi hiburan. Diketahui sejumlah broker militer lokal turut serta membantu penghindaran wajib militer itu.
Menurut Kantor Kejaksaan Distrik Selatan Seoul, para pemuda itu berusaha memalsukan surat keterangan kesehatan dalam upaya menghindari wajib militer tersebut. Dakwaan itu muncul pada akhir penyelidikan bersama selama tiga bulan dengan Administrasi Tenaga Kerja Militer (MMA) yang diluncurkan pada Desember 2022.
“Surat pengecualian kesehatan itu dengan rapi membuat skenario yang akan membuat mereka dibebaskan dari dinas militer, dengan membayar biaya kepada broker lokal. Tim investigasi gabungan mengumpulkan 1,6 miliar won atau 1,7 juta dolar AS (Rp 26 miliar) hasil kejahatan dari mereka,” kata Wakil Kepala Jaksa dari Kantor Kejaksaan Distrik Selatan Seoul, Koo Sang-Yeop, saat konferensi pers seperti dilansir Channel News Asia.
Dia mengatakan, jaksa penuntut mengarahkan penyelidikan bersama terhadap skandal surat penghindaran wajib militer, yang dijuluki 'skandal epilepsi'. Dari hasil penyelidikan diketahui, para penghindar wajib militer menghubungi perantara lokal untuk memalsukan status disabilitas yang akan mendiskualifikasi mereka dari wajib militer atas dasar masalah kesehatan.
“Kami telah menghukum berat (mereka yang didakwa) mengingat tanggung jawab sosial mereka. Kejaksaan dan MMA akan terus bekerja sama untuk meningkatkan dan memperketat sistem wajib militer saat ini,” kata Koo, sambil menekankan setiap pemuda di negara itu, yang berbadan sehat wajib melayani negara.
Mereka yang didakwa diduga telah menghubungi calo dan meminta bantuan untuk menunjukkan gejala epilepsi palsu selama pemeriksaan militer. Setelah menyerahkan laporan diagnosis palsu dari para dokter, mereka berharap dianggap tak layak bertugas sebagai tentara di kemiliteran sehingga memungkinkan melakukan layanan sosial.
"Dalam prosesnya, para penghindar wajib militer ini membayar rata-rata 3 juta won hingga 10 juta won," kata jaksa penuntut. Dua dua calo yang diidentifikasi hanya dengan nama belakang mereka Kim dan Koo.
Kedua calo itu masing-masing telah mengantongi 1,38 miliar won dan 218 juta won. Sementara salah seorang artis rapper Korea, Nafla, mengatakan ia telah membayar sekitar 25 juta won.
Jaksa juga berjanji memantau situs daring dengan cermat, menjelaskan bahwa banyak penghindar wajib militer menghubungi perantara melalui media sosial dan bahwa mereka akan meningkatkan kesadaran tentang urusan administrasi yang mencakup masalah militer semacam itu.
Jumlah pria Korea Selatan yang berusaha menghindari wajib militer terus meningkat selama dua tahun terakhir. Data yang dirilis oleh MMA pada Januari 2023 menyebutkan terdapat 578 orang yang telah dilaporkan ke kejaksaan untuk penyelidikan penghindaran wajib militer yang disengaja dari tahun 2012 hingga 30 November 2022.
Sejak dahulu, semua pemuda Korea Selatan yang berbadan sehat berusia antara 18 dan 28 tahun diharuskan untuk bertugas di angkatan bersenjata negara itu. Lama mereka bertugas bervariasi, sekitar selama 18 hingga 21 bulan.