REPUBLIKA.CO.ID, COPENHAGEN -- Komandan Angkatan Udara Swedia, Norwegia, Finlandia dan Denmark menandatangani letter of intent untuk menciptakan ruang udara pertahanan Nordik. Langkah ini bertujuan untuk menghadapi meningkatnya ancaman dari Rusia.
Berdasarkan pernyataan angkatan bersenjata empat negara itu, tujuan dari kerja sama ini untuk dapat menggelar operasi gabungan berdasarkan cara-cara operasi Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) yang sudah diketahui.
Komandan Angkatan Udara Denmark Mayor Jenderal Jan Dam mengatakan langkah mengintegrasi angkatan udara dipicu invasi Rusia ke Ukraina pada Februari tahun lalu.
"Armada gabungan kami dapat dibandingkan dengan satu negara besar Eropa," kata Dam, Jumat (25/3/2023).
Norwegia memiliki 57 jet tempur F-16 dan 37 jet tempur F-35 dan sedang memesan 15 pesawat lagi. Finlandia memesan 62 jet F/A-18 Hornet dan 64 F-35, sementara Denmark memesan 58 F-16 dan 27 F-35. Swedia memiliki lebih dari 90 pesawat jet Gripens.
Belum diketahui berapa banyak pesawat yang akan beroperasi dalam kerja sama ini. Penandatangan operasi gabungan ini dilakukan di Pangkalan Udara Ramstein di Jerman pekan lalu yang dihadiri Kepala Komando Angkatan Udara NATO Jenderal Hecker yang juga mengawasi Angkatan Udara AS di Eropa.
Tahun lalu Swedia dan Finlandia mendaftar untuk bergabung dengan NATO. Tapi prosesnya tertahan Turki dan Hungaria. Komandan-komandan Angkatan Udara negara-negara Nordik sudah membahas kerja sama dalam pertemuan di Swedia bulan November lalu.
"Kami ingin melihat apakah kami dapat lebih mengintegrasikan pengawasan ruang udara kami, sehingga kami dapat menggunakan data radar dari masing-masing sistem pengawasan dan menggunakannya secara kolektif, saat ini kami tidak melakukannya," kata Dam.