REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Kiev mengatakan mereka mendukung gagasan bantuan militer jangka panjang Sekretaris Jenderal Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO) Jens Stoltenberg ke Ukraina. Namun "tidak ada peluang" gagasan itu terlaksana tanpa ada kewajiban bagi negara anggota untuk berkontribusi.
Pekan ini, Stoltenberg mengusulkan pembentukan pendanaan selama lima tahun senilai 100 miliar euro untuk membantu Ukraina. Gagasan itu memicu respon yang berbeda-beda dari negara anggota NATO.
Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengatakan, aliansi pertahanan 32 negara anggota itu sudah kesulitan untuk meningkatkan bantuan militer yang jauh lebih kecil dari usulan Stoltenberg tersebut. "Dengan kata lain, pada model pendanaan saat ini, peluang keberhasilan inisiatif ini nol. Karena mereka tidak bisa mengumpulkan 500 juta euro, dan dengan model yang ini mereka harus mengumpulkan 20 miliar euro," kata Kuleba seperti dikutip media Pravda, Kamis (4/4/2024).
Namun, tambahnya, bila semua anggota NATO diwajibkan berkontribusi maka rencana tersebut dapat eksis dan memiliki peluang untuk dilaksanakan. Pada Kamis ini negara anggota NATO juga sepakat untuk mendapatkan lebih banyak lagi sistem pertahanan udara untuk melindungi Ukraina dari serangan rudal balistik Rusia saat aliansi itu memperingati hari jadi ke-75.
"Sekutu-sekutu memahami urgensi ini," kata Stoltenberg setelah Kuleba bertemu dengan rekan-rekan NATO dan memohon tambahan sistem pertahanan udara baru, terutama rudal-rudal Patriot buatan Amerika. "Sekarang sekutu akan kembali dan melihat inventaris mereka, melihat apakah ada cara untuk menyediakan lebih banyak sistem (pertahanan), khususnya Patriot, tetapi juga tentu saja memastikan sistem yang sudah ada di sana memiliki amunisi dan juga suku cadang (yang mereka butuhkan)," kata Stoltenberg dalam konferensi pers.