REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Angkatan Laut Rusia menembakkan rudal anti-kapal selam supersonik ke target tiruan di Laut Jepang. Penembakan rudal itu terjadi sepekan setelah dua pesawat pengebom strategis Rusia, yang mampu membawa senjata nuklir, terbang di atas Laut Jepang selama lebih dari tujuh jam dalam apa yang disebut Moskow sebagai "penerbangan terencana".
“Di perairan Laut Jepang, kapal-kapal rudal Armada Pasifik menembakkan rudal jelajah Moskit ke sasaran tiruan laut musuh. Target, yang terletak pada jarak sekitar 100 kilometer berhasil dihantam oleh serangan langsung dari dua rudal jelajah Moskit.,” kata Kementerian Pertahanan Rusia dalam sebuah pernyataan di akun Telegram-nya, Selasa (28/3/2023).
Rudal Moskit P-270, yang memiliki nama pelaporan NATO atau SS-N-22 Sunburn, adalah rudal jelajah supersonik jarak menengah asal Soviet. Rudal tersebut mampu menghancurkan kapal dalam jarak hingga 120 kilometer.
Saat ini Rusia masih terlibat pertempuran dengan Ukraina. Kiev telah menyerukan penyelenggaraan pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB untuk membahas keputusan Rusia menempatkan senjata nuklir taktis di negara sekutunya, Belarusia. Ukraina telah mengecam langkah Moskow tersebut.
“Ukraina mengharapkan tindakan efektif untuk melawan pemerasan nuklir Kremlin oleh Inggris, Cina, Amerika Serikat (AS), dan Prancis, termasuk sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB, yang memiliki tanggung jawab khusus untuk mencegah ancaman agresi menggunakan senjata nuklir. Dunia harus bersatu melawan seseorang yang membahayakan masa depan peradaban manusia,” kata Kementerian Luar Negeri Ukraina dalam sebuah pernyataan, Ahad (26/3/2023).
Sementara itu Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengkritik Rusia karena retorika nuklirnya yang berbahaya dan tidak bertanggung jawab. “NATO waspada, dan kami memantau situasi dengan cermat. Kami belum melihat adanya perubahan dalam postur nuklir Rusia yang akan mengarahkan kami untuk menyesuaikan diri kami sendiri,” kata seorang juru bicara NATO, Ahad lalu.
Dalam sebuah wawancara dengan televisi pemerintah pada Sabtu (25/3/2023) pekan lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan, Presiden Belarusia Alexander Lukashenko telah lama membahas penempatan senjata nuklir taktis di negaranya. Selain Rusia, Belarusia juga berbatasan dengan empat negara lain, yakni Latvia, Lithuania, Polandia, dan Ukraina. Kecuali Ukraina, tiga negara lainnya merupakan anggota NATO.
Menurut Putin, tidak ada yang aneh dengan keputusan mengerahkan atau menempatkan senjata nuklir taktis ke Belarusia. Sebab AS sudah terlebih dulu melakukan hal tersebut. “Mereka (AS) telah lama mengerahkan senjata nuklir taktisnya di wilayah negara sekutu mereka,” ujarnya.
Putin berjanji, penempatan senjata nuklir taktis Rusia di Belarusia tidak akan melanggar Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir. “Kami sepakat bahwa kami akan melakukan hal yang sama (mengerahkan senjata nuklir taktis), tanpa melanggar kewajiban kami, saya tegaskan, tanpa melanggar kewajiban internasional kami tentang non-proliferasi senjata nuklir,” ucapnya.
Putin tidak mengungkap kapan senjata taktis nuklir Rusia akan dikerahkan ke negara sekutunya Belarusia. Dia hanya menyampaikan bahwa Mosow akan menyelesaikan pembangunan fasilitas penyimpanan senjata nuklir taktis di Belarusia pada 1 Juli mendatang.