Senin 03 Apr 2023 20:34 WIB

Filipina Tetapkan Empat Titik Kamp Militer untuk AS

Beberapa titik berada di seberang perbatasan laut dari Taiwan.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nidia Zuraya
Seorang pria dengan jetski melewati kapal pemasok USNS Big Horn Amerika yang berlabuh di dekat galangan kapal di tempat yang dulunya merupakan pangkalan angkatan laut luar negeri terbesar Amerika di Subic Bay Freeport Zone, provinsi Zambales, barat laut Manila, Filipina pada Senin 6 Februari 2023 AS telah membangun kembali kekuatan militernya di Filipina.
Foto: AP Photo/Aaron Favila
Seorang pria dengan jetski melewati kapal pemasok USNS Big Horn Amerika yang berlabuh di dekat galangan kapal di tempat yang dulunya merupakan pangkalan angkatan laut luar negeri terbesar Amerika di Subic Bay Freeport Zone, provinsi Zambales, barat laut Manila, Filipina pada Senin 6 Februari 2023 AS telah membangun kembali kekuatan militernya di Filipina.

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Pemerintah Filipina mengidentifikasi empat kamp militer lokal baru pada Senin (3/4/2023). Beberapa titik berada di seberang perbatasan laut dari Taiwan.

Tempat baru yang diidentifikasi oleh kantor kepresidenan Filipina termasuk pangkalan angkatan laut Filipina di kota Santa Ana dan bandara internasional di kota Lal-lo. Kedua lokasi itu berada di provinsi Cagayan utara.  

Baca Juga

Penempatan Lokasi itu telah membuat marah para pejabat Cina. Keberatan itu karena akan memberi pasukan Amerika Serikat (AS) tempat persiapan yang dekat dengan Cina selatan dan Taiwan.

Sedangkan dua daerah militer lainnya berada di provinsi Isabela utara dan di kamp angkatan laut lokal di pulau Balabac di provinsi barat Palawan. Palawan menghadapi Laut Cina Selatan, jalur utama untuk perdagangan global yang diklaim Beijing hampir seluruhnya. Tindakan Cina semakin agresif di area itu sehingga mengancam negara-negara yang juga menggugat klaim area itu, termasuk Filipina.

Pemerintahan Presiden Ferdinand Marcos Jr. mengumumkan pada Februari, Filipina memberikan persetujuannya atas kehadiran yang lebih luas dari militer AS di negara itu. Manila mengizinkan pasukan militer Washington ditempatkan di empat pangkalan militer tambahan di bawah Perjanjian Kerjasama Pertahanan yang Ditingkatkan pada 2014.

 

Marcos menyatakan, langkah itu akan meningkatkan pertahanan pesisir negaranya. Ini sejalan dengan upaya pemerintahan Joe Biden untuk memperkuat aliansi militer di Indo-Pasifik untuk melawan Cina, termasuk dalam kemungkinan konfrontasi di masa depan atas Taiwan.

Cina dan Filipina, bersama dengan Vietnam, Malaysia, Brunei, dan Taiwan, telah terkunci dalam sengketa teritorial yang semakin tegang atas Laut Cina Selatan. Washington tidak mengklaim perairan strategis itu tetapi telah mengerahkan kapal perang dan pesawat tempur serta pesawat pengintai untuk patroli. Tindakan itu diklaim sebagai upaya mempromosikan kebebasan navigasi dan supremasi hukum, tetapi tetap membuat marah Beijing.

“Itu adalah jalur perdagangan, di situlah jalur perdagangan senilai kurang lebih tiga triliun dolar AS. Tanggung jawab kami dalam mengamankannya secara kolektif sangat besar,” kata Kepala Departemen Pertahanan Filipina Carlito Galvez.

Kantor kepresidenan menyatakan, empat situs militer baru  ini akan menempatkan pasukan AS untuk mendapatkan akses yang sesuai dan saling menguntungkan. Mereka juga akan meningkatkan tanggap bencana negara sebagai batu loncatan untuk pekerjaan kemanusiaan dan bantuan selama keadaan darurat.

Tapi, dalam pertemuan tertutup di Manila dengan rekan-rekan Filipina mereka bulan lalu, delegasi Kementerian Luar Negeri Cina menyatakan penentangannya yang kuat terhadap kehadiran militer AS tersebut. Beijing memperingatkan dampaknya terhadap perdamaian dan stabilitas regional.

Kedutaan Besar Cina secara terpisah memperingatkan dalam pernyataan baru-baru ini, bahwa kerja sama keamanan pemerintah Filipina dengan AS akan menyeret Filipina ke jurang perselisihan geopolitik. Tindakan itu merusak perkembangan ekonominya pada akhirnya.

Filipina pernah menjadi tuan rumah dua pangkalan Angkatan Laut dan Angkatan Udara AS terbesar di luar daratan AS. Pangkalan ditutup pada awal 1990-an setelah Senat Filipina menolak perpanjangan. Namun pasukan AS kemudian kembali untuk latihan tempur skala besar dengan pasukan Filipina di bawah Perjanjian Kunjungan Pasukan.

Konstitusi Filipina melarang pangkalan permanen pasukan asing dan keterlibatan mereka dalam pertempuran lokal. Perjanjian pada 2014 mengizinkan pasukan AS berkunjung untuk tinggal tanpa batas waktu dalam kelompok bergilir. Mereka menempayi barak dan bangunan lain yang dibangun di dalam kamp-kamp Filipina yang ditunjuk dengan peralatan pertahanan, kecuali senjata nuklir.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement