REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Para guru di Inggris menolak tawaran gaji dari pemerintah yang bertujuan untuk mengakhiri serangkaian pemogokan yang mengganggu layanan publik. Serikat pekerja guru pada Senin (3/4/2023) mengumumkan aksi pemogokan lanjutan selama dua hari ke depan.
Serikat Pendidikan Nasional (NEU), yang merupakan serikat pendidikan terbesar di Inggris, mengatakan, 98 persen guru yang memberikan suara dalam pemungutan suara mengikuti menolak tawaran pembayaran gaji tahun ini sebesar 1.000 pound dan kenaikan gaji rata-rata 4,5 persen untuk tahun berikutnya. Sekretaris Jenderal NEU, Mary Bousted dan Kevin Courtney, mengatakan, tawaran itu menunjukkan kurangnya penilaian dan pemahaman tentang situasi putus asa dalam sistem pendidikan
"Penolakan keras terhadap tawaran pemerintah ini seharusnya membuat (Menteri Pendidikan) Gillian Keegan yakin bahwa dia perlu kembali ke meja perundingan dengan proposal yang jauh lebih baik," kata pernyataan gabungan Bousted dan Courtney.
Puluhan ribu guru di seluruh Inggris telah melakukan aksi mogok tahun ini untuk menuntut kenaikan gaji di atas inflasi. Para guru membiarkan ruang kelas kosong dan menumpuk tekanan pada Perdana Menteri Rishi Sunak untuk membantu menyelesaikan perselisihan tersebut.
Serikat pekerja menyatakan, para guru akan melakukan aksi mogok tambahan selama dua hari yaitu pada 27 April dan 2 Mei. Pemerintah berpendapat bahwa kenaikan gaji yang lebih tinggi akan memperburuk inflasi.
Para guru di Wales telah mengakhiri aksi mogok mereka setelah memberikan suara untuk menerima tawaran gaji yang terdiri dari penghargaan gaji tambahan 3 persen untuk tahun 2022/23 bersamaan dengan pembayaran satu kali gaji sebesar 1,5 persen, dan kenaikan 5 persen yang didanai pemerintah untuk tahun berikutnya.
Serikat guru terbesar di Skotlandia juga telah menerima kesepakatan pembayaran untuk mengakhiri pemogokan jangka panjang. Mereka menerima tawaran kenaikan gaji sebesar 14,6 persen untuk sebagian besar guru pada Januari 2024.