REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Liga Arab mengadakan pertemuan darurat pada Rabu (5/4/2023) untuk membahas eskalasi Israel di kompleks Masjid Al Aqsa di Yerusalem Timur. Pertemuan itu diselenggarakan oleh Yordania, bekerja sama dengan Mesir dan Palestina.
"Pertemuan tersebut diadakan sehubungan dengan perkembangan di Masjid Al Aqsa sebagai akibat dari penggerebekan polisi Israel di situs tersebut dan penyerangannya terhadap jamaah," kata pernyataan Liga Arab, dilaporkan Middle East Monitor, Rabu (5/4/2023).
Yordania mengadakan serangkaian komunikasi dengan negara-negara Arab untuk menghentikan serangan Israel. Yordania menyebut serangan Israel ini merupakan pelanggaran mencolok terhadap hukum kemanusiaan internasional.
"Ini adalah perilaku yang ditolak dan dikutuk yang bertujuan mengubah status quo sejarah dan hukum," ujar pernyataan Pemerintah Yordania.
Yordania akan berkoordinasi dengan negara-negara Arab, dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk menghentikan eskalasi berbahaya dan pelanggaran yang dilakukan oleh pendudukan Israel. Yordania juga akan meminta pertanggungjawaban Israel.
Ketegangan meningkat di wilayah pendudukan Tepi Barat, setelah polisi Israel menahan sekitar 350 jamaah dari dalam kompleks Masjid Al Aqsa. Sekelompok orang Palestina membarikade diri mereka sendiri di dalam Aula Al Qibli di kompleks Al Aqsa setelah pemukim Yahudi menyerukan penyerbuan ke masjid. Mereka berusaha mencegah polisi masuk dengan menutup pintunya.
Polisi Israel naik ke atap Masjid, memecahkan beberapa jendela dan mengintervensi dengan bom suara terhadap para jamaah di dalamnya. Beberapa orang di Masjid mencoba melawan polisi dengan melemparkan kembang api.
Juru bicara Hamas, Hazem Qassem, mengatakan, gerilyawan Hamas menembakkan roket ke Israel sebagi tanggapan atas serangan polisi di Masjid Al Aqsa. Serangan roket ini menegaskan perjuangan Palestina bahwa Israel tidak akan dapat memisahkan Gaza dari Tepi Barat.
"Serangan Zionis di Gaza adalah upaya yang gagal untuk mencegah Gaza melanjutkan dukungannya kepada rakyat kami di Yerusalem dan Tepi Barat dengan segala cara," kata Qassem.
Saat ledakan yang mengguncang tanah dari serangan udara mengguncang Gaza, saksi mengatakan tank Israel juga menembaki posisi Hamas. "Kami tidak tertarik dengan eskalasi, tapi kami siap untuk skenario apa pun," kata juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF), Daniel Hagari.
Hamas maupun gerakan Jihad Islam yang didukung Iran, mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut. Sementara militer Israel menganggap Hamas bertanggung jawab atas semua serangan dari Gaza. Menteri Keamanan Israel garis keras, Itamar Ben-Gvir menyerukan tanggapan keras atas penembakan roket dari kelompok militan Palestina. Dia telah meminta untuk menggelar rapat kabinet keamanan.
"Roket Hamas membutuhkan lebih dari sekadar meledakkan bukit pasir dan tempat kosong. Sudah waktunya untuk merobek kepala di Gaza. Kita tidak boleh menyimpang dari persamaan yang memerlukan tanggapan serius untuk setiap roket," kata Ben-Gvir.
Di Kota Beit Ummar, Tepi Barat, pengunjuk rasa Palestina membakar ban dan melemparkan batu serta alat peledak ke tentara Israel. Salah satu pengunjuk rasa ditembak dan terluka. Dalam insiden lain, seorang penyerang melepaskan tembakan ke pos pemeriksaan tentara antara Yerusalem dan Bethlehem tanpa menimbulkan korban jiwa.
Selama setahun terakhir, pasukan Israel telah melakukan ribuan penangkapan di Tepi Barat dan membunuh lebih dari 250 warga Palestina. Sementara lebih dari 40 warga Israel dan tiga warga Ukraina tewas dalam serangan Palestina.
Polisi Israel memasuki masjid Al-Aqsa Yerusalem sebelum fajar pada Rabu (5/4/2023) dan bentrok dengan jamaah. Tindakan ini menuai kecaman dari negara-negara Arab dan reaksi marah di Tepi Barat dan serangan lintas batas di Gaza.
Saat fajar menyingsing, dengan upaya internasional yang dilakukan untuk meredakan situasi, ketegangan tampaknya telah mereda di Al Aqsa.
Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan, 12 warga Palestina menderita luka selama penggerebekan. Mereka terluka karena peluru karet dan pemukulan. Bulan Sabit Merah Palestina menambahkan bahwa pasukan Israel telah mencegah petugas medis mencapai daerah tersebut.
"Di halaman bagian timur kompleks, polisi menembakkan gas air mata dan granat kejut, itu pemandangan yang tidak bisa saya gambarkan," kata seorang jamaah masjid, Fahmi Abbas.
"Kemudian mereka menyerbu masuk dan mulai memukuli semua orang. Mereka menahan orang-orang dan membaringkan para pemuda itu telungkup di tanah sambil terus memukuli mereka," tambah Fahmi Abbas.
Polisi Israel mengatakan, unit keamanan terpaksa memasuki kompleks Masjid Al-Aqsa setelah agitator bertopeng mengunci diri di dalam masjid dengan kembang api, tongkat dan batu. Polisi mengatakan, mereka telah berupaya melakukan dialog namun gagal.
"Upaya untuk mengeluarkan orang-orang dari masjid dengan dialog gagal, sehingga polisi terpaksa memasuki kompleks untuk mengeluarkan orang-orang itu. Sepanjang kehadiran pasukan polisi di kompleks itu, batu dilemparkan dan beberapa petasan diledakkan di dalam masjid oleh banyak pelanggar hukum dan perusuh," kata pernyataan polisi.