Senin 10 Apr 2023 09:05 WIB

Delegasi Arab Saudi dan Houthi Gelar Pertemuan di Yaman, Bakal Berdamai?

Sebuah foto yang bocor menunjukkan pemimpin Houthi menjabat tangan pejabat Saudi.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nidia Zuraya
 Seorang pendukung Houthi memegang senjata saat dia meneriakkan slogan-slogan selama demonstrasi menentang dukungan AS untuk koalisi pimpinan Saudi di Sanaa, Yaman, Senin, 22 November 2021.
Foto: AP/Hani Mohammed
Seorang pendukung Houthi memegang senjata saat dia meneriakkan slogan-slogan selama demonstrasi menentang dukungan AS untuk koalisi pimpinan Saudi di Sanaa, Yaman, Senin, 22 November 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, SANA'A -- Delegasi Arab Saudi berada di ibukota Yaman Sana'a untuk melakukan pembicaraan dengan kelompok Houthi. Pembicaraan ini bertujuan mencapai gencatan senjata baru dan berpotensi permanen.

Belum ada konfirmasi resmi yang dibuat oleh pihak Saudi, tetapi media kelompok Houthi mengatakan, bahwa delegasi Saudi dan Oman berada di Sana'a dikutip dari BBC. Sebuah foto yang bocor menunjukkan pemimpin Houthi Mohammed Ali al-Houthi menjabat tangan seorang pejabat Saudi yang wajahnya disamarkan.

Baca Juga

Pertemuan tersebut disambut sebagai tanda signifikan lain dari kesediaan kedua belah pihak untuk akhirnya mencapai kesepakatan yang dapat mengakhiri perang. Tidak ada pejabat yang disebutkan namanya yang berkomentar, tetapi ada laporan dari berbagai sumber bahwa kesepakatan dapat ditandatangani sebelum akhir bulan.

Sekali lagi, ketentuan kesepakatan semacam itu belum dipublikasikan. Namun kemungkinan mencakup komitmen untuk membayar gaji pegawai publik dan membuka kembali semua pelabuhan dan bandara.

Sedangkan tujuan yang lebih ambisius, seperti membangun kembali negara, keluarnya pasukan asing, dan transisi politik pun sedang direncanakan. Semua ini telah menjadi batu sandungan di masa lalu.

Inisiatif ini sendiri sejalan dengan proses Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menghasilkan gencatan senjata sementara tahun lalu. Selama periode gencatan senjata, berbagai langkah membangun kepercayaan dapat dilakukan dan terus berlanjut, termasuk pelonggaran pembatasan impor dan pertukaran tahanan.

Ibukota telah dikendalikan oleh Houthi sejak mereka mengusir pemerintah Yaman pada 2015. Segera setelah itu, perang meletus antara Houthi dan koalisi pimpinan Saudi yang mendukung pemerintah. Perang terus berlanjut sejak saat itu, menyebabkan puluhan ribu orang Yaman tewas dan sekitar 80 persen populasi bergantung pada bantuan.

Konflik di Yaman rumit, faksi lain, termasuk Al Qaidah, masih memiliki pertempuran sendiri yang diperjuangkan. Namun perang proksi antara Saudi dan Iran tampaknya akan segera berakhir dengan dua saingan regional itu sekarang berkomitmen untuk pemulihan hubungan yang akan membuat membuka kembali misi diplomatik.

Hal itu tampaknya telah menciptakan momentum untuk dorongan serius untuk mengakhiri perang. Pembicaraan di Sana'a jelas merupakan kunci keberhasilannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement