REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH – Otoritas Palestina mengecam keputusan Israel membatasi jumlah warga Kristen yang ingin menghadiri upacara Api Kudus tahunan di Gereja Makam Kudus di Kota Tua Yerusalem pada Sabtu (15/4/2023) mendatang. Upacara itu menjadi bagian dari perayaan Paskah untuk gereja-gereja Ortodoks.
“Kami sangat mendukung tuntutan gereja-gereja Yerusalem untuk mengizinkan akses bebas dan tanpa masalah bagi para peziarah Kristen untuk menghadiri upacara Api Kudus (pada) Sabtu,” kata Kantor Kepresidenan Palestina dalam sebuah pernyataan, Rabu (12/4/2023), dikutip laman kantor berita Palestina, WAFA.
Palestina meminta jemaat Kristen untuk datang ke Gereja Makam Kudus untuk menghadiri upacara Api Kudus pada Sabtu mendatang. Palestina menyerukan komunitas internasional, khususnya Amerika Serikat (AS), untuk mengambil langkah atau tindakan guna mencegah Israel membatasi kebebasan beribadah umat Kristen dan Muslim di Yerusalem.
Komite Kepresidenan Tinggi untuk Tindak Lanjut Urusan Gereja di Palestina telah meminta umat Kristen di Palestina tetap menghadiri upacara Api Kudus yang bakal digelar di Gereja Makam Kudus pada Sabtu mendatang. Mereka mengutuk pembatasan yang hendak diberlakukan pasukan Israel dalam acara tersebut.
“Mereka menyatakan dukungannya untuk posisi Patriarkat Ortodoks Yunani Yerusalem dan Patriark Theophilos III, serta perwakilan dari Komite Status Quo gereja-gereja karena menolak keputusan polisi Israel untuk menempatkan penghalang di seluruh Kota Tua Yerusalem guna mencegah para peziarah Kristen menghadiri upacara Api Kudus di Gereja Makam Kudus,” kata WAFA dalam laporannya.
Polisi Israel mengumumkan akan membatasi jumlah jemaat yang hendak menghadiri upacara Api Kudus di Gereja Makam Kudus, gereja tempat Yesus Kristus disalib. Polisi Israel berdalih, pembatasan itu untuk memastikan keamanan ribuan pemeluk Islam, Kristen, dan Yudaisme yang mengadakan perayaan masing-masing dalam satu waktu.
Tahun-tahun sebelumnya, setidaknya 10 ribu jemaat Kristen bisa menghadiri upacara di Gereja Makam Kudus. Di bawah rencana pengamanan polisi Israel terbaru, hanya 1.800 jemaat diizinkan datang ke gereja.