REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock pada Kamis (13/4/2023) mengatakan, Eropa tidak boleh menutup mata terhadap ketegangan antara Cina dan Taiwan. Karena eskalasi militer di kawasan itu akan menjadi skenario terburuk bagi ekonomi global.
"Jerman dan Uni Eropa rentan secara ekonomi, yang berarti bahwa kita tidak dapat mengabaikan ketegangan di Selat Taiwan," kata Baerbock selama persinggahannya di pelabuhan Cina, Tianjin.
Baerbock memberikan nada yang berbeda dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron, yang memperingatkan Uni Eropa agar tidak terjebak dalam krisis Cina dan Taiwan. Komentar Macron mendapat reaksi keras di Amerika Serikat dan Eropa. Banyak anggota Uni Eropa berharap Baerbock akan menggunakan kesempatan kunjungannya ke Beijing untuk menetapkan kejelasan sikap Uni Eropa.
"Lima puluh persen perdagangan global melewati Selat Taiwan, 70 persen semikonduktor melewati Selat Taiwan, jadi jalur bebas itu juga untuk kepentingan ekonomi kita," ujar Baerbock.
"Eskalasi militer di Selat Taiwan akan menjadi skenario terburuk secara global dan memengaruhi kita sebagai salah satu negara industri terbesar pada khususnya," tambah Baerbock.
Kunjungan Baerbock ke Cina diperkirakan akan fokus pada pengendalian kerusakan setelah pernyataan Macron, yang menunjukkan keretakan dalam pendekatan Uni Eropa terhadap Cina. Baerbock dijadwalkan bertemu dengan Menteri Luar Negeri Qin Gang dan diplomat top Cina, Wang Yi.