Jumat 14 Apr 2023 17:31 WIB

Korut Uji Coba Rudal Antarbenua Baru Dengan Bahan Bakar Padat

Rudal ICBM baru itu akan membuat musuh mengalami krisis keamanan.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Korea Utara pada Jumat (14/4/2023) mengumumkan bahwa mereka telah menguji rudal balistik antarbenua (ICBM) berbahan bakar padat baru.
Foto: EPA-EFE/KCNA EDITORIAL USE ONLY
Korea Utara pada Jumat (14/4/2023) mengumumkan bahwa mereka telah menguji rudal balistik antarbenua (ICBM) berbahan bakar padat baru.

REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Korea Utara pada Jumat (14/4/2023) mengumumkan bahwa mereka telah menguji rudal balistik antarbenua (ICBM) berbahan bakar padat baru. Ini adalah sebuah pengembangan untuk mempromosikan pasukan Korea Utara secara radikal.

Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un memperingatkan, rudal ICBM baru itu akan membuat musuh mengalami krisis keamanan. Rudal ini akan membuat para musuh mengalami kegelisahan dan kengerian yang ekstrem.

Baca Juga

Analis mengatakan, ini adalah penggunaan propelan padat pertama Korea Utara dalam rudal balistik jarak menengah atau antarbenua. Kementerian Pertahanan Korea Selatan mengatakan, Korea Utara masih mengembangkan senjata itu, serta membutuhkan lebih banyak waktu dan upaya untuk menguasai teknologinya.

Media pemerintah Korea Utara, KCNA merilis foto-foto Kim yang menyaksikan uji coba ICBM baru ditemani oleh istrinya, saudara perempuan dan putrinya. Sebuah video di media pemerintah menunjukkan rudal Hwasong-18 meledak dari tabung peluncuran, kemudian menciptakan awan asap.  

"Pengembangan Hwasong-18 akan secara ekstensif mereformasi komponen pencegahan strategis DPRK (Nama resmi Korea Utara), secara radikal mempromosikan efektivitas postur serangan balik nuklirnya dan membawa perubahan dalam kepraktisan strategi militer ofensifnya," kata KCNA.

Sebagian besar rudal balistik terbesar Korea Utara menggunakan bahan bakar cair, yang mengharuskannya diisi dengan propelan di lokasi peluncurannya. Proses ini dapat memakan waktu lama dan berbahaya.

“Untuk negara mana pun yang mengoperasikan kekuatan nuklir berskala besar berbasis rudal, rudal propelan padat adalah kemampuan yang sangat diinginkan karena tidak perlu diisi bahan bakar segera sebelum digunakan. Kemampuan ini jauh lebih responsif di saat krisis," ujar rekan senior di Carnegie Endowment for International Peace, Ankit Panda.

Panda mengatakan, Korea Utara kemungkinan besar akan mempertahankan beberapa sistem bahan bakar cair. Sementara mantan ahli senjata pemerintah AS, Vann Van Diepen, mengatakan, rudal berbahan bakar padat lebih mudah dan lebih aman untuk dioperasikan. Rudal bahan bakar padat membutuhkan lebih sedikit dukungan logistik, sehingga membuatnya lebih sulit untuk dideteksi dan lebih dapat bertahan daripada bahan bakar cair

Korea Utara pertama kali menampilkan  ICBM baru berbahan bakar padat selama parade militer pada Februari. ICBM ditampilkan setelah menguji mesin berbahan bakar padat berdaya dorong tinggi pada Desember.

Analis mengatakan, AS dapat menentukan antara peluncuran berbahan bakar padat atau cair dengan satelit peringatan dini yang dapat mendeteksi perbedaan dalam data inframerah yang dihasilkan oleh berbagai jenis rudal. Sebelumnya Kim menyerukan penguatan pencegahan perang dengan cara yang lebih praktis dan ofensif untuk melawan  langkah agresi Amerika Serikat.

Rudal ICBM baru itu ditembakkan dari dekat Pyongyang, dan terbang sekitar 1.000 kilometer sebelum mendarat di perairan timur Korea Utara. Korea Utara mengatakan uji coba itu tidak menimbulkan ancaman bagi negara-negara tetangganya. Seorang pejabat militer Korea Selatan mengatakan, ketinggian maksimum rudal itu lebih rendah dari 6.000 km, puncak dari beberapa tes yang memecahkan rekor tahun lalu.

"Korea Utara dapat memilih untuk fokus pada pengumpulan data yang diperlukan untuk memeriksa fitur-fiturnya pada tahap yang berbeda daripada melakukan kecepatan penuh pada peluncuran pertama. Karena itu adalah tes yang tidak menunjukkan pola penerbangan normalnya, Korea Utara kemungkinan akan melakukan beberapa tes lagi," ujar seorang profesor di University of North Korean Studies, Kim Dong-yup.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement