Selasa 18 Apr 2023 06:36 WIB

Mantan Putra Mahkota Iran Melakukan Kunjungan Pertama ke Israel

Pahlavi akan menyampaikan pesan persahabatan dari rakyat Iran kepada Israel.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Shah Iran Mohammad Reza Pahlavi membaca pidatonya saat dilantik.
Foto: the times.co.uk
Shah Iran Mohammad Reza Pahlavi membaca pidatonya saat dilantik.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Mantan putra mahkota Iran yang diasingkan mengunjungi Israel untuk pertama kalinya. Kunjungan tersebut mencerminkan hubungan hangat yang pernah dimiliki ayahnya dengan Israel.

Reza Pahlavi, putra Syah terakhir yang memerintah Iran sebelum Revolusi Islam 1979, mengatakan, dia akan menyampaikan pesan persahabatan dari rakyat Iran kepada Israel. Pahlavi berpartisipasi dalam upacara peringatan Holocaust tahunan di Israel pada Senin (17/4/2023) malam.

Baca Juga

Menteri Intelijen Israel Gila Gamliel, mengatakan, Pahlavi juga akan mengunjungi pabrik desalinasi, melihat Tembok Barat dan bertemu dengan perwakilan komunitas Bahai lokal dan Yahudi Israel keturunan Iran. Gamliel memuji keputusan berani Pahlavi untuk melakukan kunjungan pertama ke Israel.  

“Putra mahkota melambangkan kepemimpinan yang berbeda dari rezim Ayatollah (pemimpin tertinggi Iran) dan memimpin nilai-nilai perdamaian dan toleransi, berbeda dengan ekstremis yang memerintah Iran,” kata Gamliel.

Pahlavi meninggalkan Iran pada usia 17 tahun untuk sekolah penerbangan militer di AS, tepat sebelum ayahnya yang terkena kanker, Mohammad Reza Pahlavi meninggalkan tahta untuk diasingkan. Kemudian revolusi meletus dengan pembentukan Republik Islam Iran, pengambilalihan Kedutaan Besar AS di Teheran dan penyingkiran sisa-sisa monarki yang didukung Amerika.

Pahlavi, yang masih tinggal di AS, menyerukan revolusi damai yang akan menggantikan pemerintahan ulama dengan monarki parlementer, mengabadikan hak asasi manusia, dan memodernisasi ekonomi yang dikelola negara. Ayahnya memerintah dengan represif dan mendapat keuntungan dari kudeta yang didukung CIA pada 1953. Mendiang Syah juga memiliki hubungan diplomatik dan militer yang erat dengan Israel.

Namun hubungan diplomatik yang telah dibangun oleh Syah berakhir pada 1979, ketika pemimpin revolusi Iran, Ruhollah Khomeini, menyatakan Israel sebagai musuh Islam dan memutuskan semua hubungan diplomatik. Saat ini, Israel dan Iran menjadi musuh bebuyutan.

“Saya ingin rakyat Israel tahu bahwa Republik Islam tidak mewakili rakyat Iran.  Ikatan kuno antara rakyat kita dapat dihidupkan kembali untuk kepentingan kedua negara,” kata Pahlavi.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement