Jumat 28 Apr 2023 02:00 WIB

Pencalonan Joe Biden dan Kinerja Para Pemimpin Lansia

Joe Biden akan mencalonkan kembali sebagai kandidat untuk Pemilu Presiden AS 2024.

Dalam sebuah pengumuman yang disiarkan melalui video oleh tim kampanyenya pada Selasa (25/4/2023), Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengumumkan bahwa dirinya akan mencalonkan kembali sebagai kandidat untuk Pemilu Presiden AS 2024.
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam sebuah pengumuman yang disiarkan melalui video oleh tim kampanyenya pada Selasa (25/4/2023), Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengumumkan bahwa dirinya akan mencalonkan kembali sebagai kandidat untuk Pemilu Presiden AS 2024.

Menurut kantor berita Reuters, dalam video tersebut Biden menyatakan pencalonan kembali kepresidenannya dilakukannya karena dia ingin memenangipertarungan untuk jiwa Amerika Serikat.

Baca Juga

"Ketika saya mencalonkan diri sebagai presiden empat tahun lalu, saya menyatakan bahwa kita sedang bertarung untuk jiwa Amerika, dan kita masih sedang melakukannya," kata Biden.

Untuk itu, ujar Biden, saat ini bukanlah waktunya berpuas diri, sehingga dia memutuskan untuk mencalonkan diri sebagai presiden kembali, guna menuntaskan pertarungan untuk jiwa Amerika tersebut.

Biden, yang berasal dari Partai Demokrat, menuding platform Partai Republik sebagai ancaman bagi kebebasan Amerika, sehingga dia bertekad berjuang, antara lain untuk melawan pembatasan layanan kesehatan bagi wanita, serta langkah pemotongan program "Social Security" atau Jaminan Keamanan Sosial.

Sebenarnya, salah satu faktor yang mengemuka di tengah publik terkait dengan pemberitaan pencalonan kembali Biden tersebut, adalah usia sang kandidat yang telah memasuki usia kepala delapan atau 80 tahun.

Keraguan terhadap Biden yang lahir pada 20 November 1942 itu tidak hanya datang dari kubu lawan politiknya dari Partai Republik, tetapi juga dari kubu partainya sendiri, Demokrat.

Survei yang dilakukan oleh Reuters/Ipsos yang diumumkan pada Senin (24/4) menunjukkan bahwa sebanyak 44 persen dari pendukung Demokrat menilai Biden terlalu tua untuk mencalonkan diri sebagai calon presiden.

Setali tiga uang, kandidat unggulan dari Partai Republik adalah mantan Presiden AS, Donald Trump, yang saat ini juga berusia 76 tahun. Berdasarkan survei Reuters/Ipsos, 35 persen pendukung Republik menganggap bahwa Trump terlalu tua sebagai kandidat capres.

Di atas 75 tahun

Dalam sejarah pencalonan kandidat capres di AS, hanya ada enam orang yang berani mencalonkan diri sebagai kandidat capres ketika mereka berusia di atas 75 tahun.

Selain Biden dan Trump, beberapa lansia lainnya yang juga pernah mencalonkan diri setelah melampaui usia 75 tahun antara lain Mike Bloomberg dan Bernie Sanders, keduanya adalah kandidat calon presiden dari Partai Demokrat pada Pilpres AS 2020.

Bloomberg dan Sanders, yang ketika itu keduanya sama-sama berusia 78 tahun, akhirnya gagal mendapatkan tiket sebagai capres karena Demokrat memutuskan untuk mencalonkan Biden yang berhasil meraih menjadi pemenang pada Pilpres 2020.

Dua orang lainnya adalah William Hope Harvey yang berumur 81 tahun saat mencalonkan diri sebagai kandidat dari Partai Liberty dalam Pilpres AS 1932. Pilpres tahun itu dimenangkan Franklin Roosevelt (Demokrat) yang kala itu berusia 50 tahun.

Sedangkan kandidat capres AS tertua yang pernah mencalonkan diri adalah Harold Stassen, yaitu berusia 85 tahun dalam pemilihan pendahuluan Partai Republik pada 1992.

Ironisnya, Stassen dalam pemilihan pendahuluan capres Republik 1992 hanya meraih 0,06 persen suara. Pilpres AS 1992 itu sendiri dimenangi kandidat dari Demokrat, Bill Clinton, yang saat itu "baru" berusia 46 tahun.

Dapat dikatakan bahwa bila melihat catatan dalam rangkaian sejarah pilpres AS, kandidat lansia memang kerap tidak mendapatkan dukungan yang lebih dibandingkan dengan mereka yang berusia lebih muda. Namun, bukan dikatakan tidak ada, karena Trump berhasil menjadi Presiden AS dalam Pilpres 2016 (saat berusia 70 tahun), serta empat tahun berikutnya Joe Biden meraih kursi kepresidenan pada usia 77 tahun.

Bila dilihat dari kinerja para presiden AS sepanjang sejarah, maka hal tersebut dapat dilihat dari survei yang dilakukan kepada para akademisi di bidang kesejarahan atau pakar ilmu politik. Survei seperti itu kerap dilakukan berbagai pihak, terutama sejak berakhirnya Perang Dunia Kedua.

 

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement