Senin 01 May 2023 06:59 WIB

Pasokan Bantuan Darurat Capai Sudan

Bantuan ini untuk memasok rumah sakit yang hancur akibat pertempuran.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
 Dalam foto yang disediakan oleh UNICEF ini, sekelompok pengungsi beristirahat di bawah naungan pohon untuk melindungi diri dari matahari dan panas setelah menyeberang ke desa Koufroun, dekat perbatasan Chad-Sudan, di Chad, Kamis (27/4/2023). Ledakan hebat dan tembakan mengguncang ibu kota Sudan Jumat pagi, kata penduduk, meskipun ada perpanjangan gencatan senjata yang rapuh antara dua jenderal tertinggi di kabupaten itu yang perebutan kekuasaannya telah menewaskan ratusan orang.
Foto: Donaig Le Du/UNICEF via AP
Dalam foto yang disediakan oleh UNICEF ini, sekelompok pengungsi beristirahat di bawah naungan pohon untuk melindungi diri dari matahari dan panas setelah menyeberang ke desa Koufroun, dekat perbatasan Chad-Sudan, di Chad, Kamis (27/4/2023). Ledakan hebat dan tembakan mengguncang ibu kota Sudan Jumat pagi, kata penduduk, meskipun ada perpanjangan gencatan senjata yang rapuh antara dua jenderal tertinggi di kabupaten itu yang perebutan kekuasaannya telah menewaskan ratusan orang.

REPUBLIKA.CO.ID, KHARTOUM -- Sebuah pesawat yang membawa delapan ton bantuan medis darurat mendarat di Sudan pada Ahad (30/4/2023). Bantuan ini untuk memasok rumah sakit yang hancur akibat pertempuran.

Komite Palang Merah Internasional (ICRC) menyatakan, pesawat yang membawa bantuan medis lepas landas dari Yordania dan mendarat di kota Port Sudan. Pasokan, termasuk obat bius, pembalut, jahitan, dan bahan bedah lainnya, cukup untuk merawat lebih dari 1.000 orang yang terluka dalam konflik tersebut.

Baca Juga

“Harapannya adalah untuk mengirimkan materi ini ke beberapa rumah sakit yang paling sibuk di ibu kota, dan hotspot lainnya," kata Direktur Regional ICRC untuk Afrika Patrick Youssef.

Konflik meletus pada 15 April antara tentara Sudan dan paramiliter Rapid Support Forces (RSF). Lebih dari dua pertiga rumah sakit tidak dapat berfungsi di daerah dengan pertempuran yang berlangsung. Fasilitas tersebut kekurangan pasokan medis, petugas kesehatan, air, dan listrik.

Sindikat Dokter Sudan yang memantau korban mengatakan, selama dua minggu terakhir, 425 warga sipil meninggal dan 2.091 terluka. Kementerian Kesehatan Sudan menyatakan pada Sabtu (29/4/2023), jumlah korban tewas secara keseluruhan, termasuk para milisi, sebanyak 528 orang, dengan 4.500 orang terluka.

Beberapa pertempuran paling mematikan telah berkecamuk di Khartoum. Pertempuran itu mengadu panglima militer Jenderal Abdel Fattah Burhan melawan Jenderal Mohammed Hamdan Dagalo yang merupakan kepala kelompok paramiliter.

Kedua jenderal dengan pendukung asing yang kuat ini adalah sekutu dalam kudeta militer Oktober 2021 yang menghentikan transisi Sudan menuju demokrasi. Namun sejak itu mereka saling menyerang.

Orang-orang Sudan biasa terjebak dalam baku tembak. Puluhan ribu telah melarikan diri ke negara-negara tetangga, termasuk Chad dan Mesir, sementara yang lainnya terjepit dengan persediaan yang semakin menipis. Ribuan orang asing telah dievakuasi dengan transportasi udara dan konvoi darat.

Youssef mengatakan, badan tersebut telah menghubungi komando tertinggi kedua belah pihak untuk memastikan bahwa bantuan medis dapat sampai ke rumah sakit dengan aman. “Dengan adanya berita hari ini, kami sangat berharap ini menjadi bagian dari mekanisme koordinasi yang mantap untuk memungkinkan penerbangan lain masuk,” katanya.

Menurut Youssef, lebih banyak bantuan medis siap diterbangkan ke Khartoum sambil menunggu izin yang diperlukan dan jaminan keamanan. Sistem perawatan kesehatan Sudan hampir runtuh dengan puluhan rumah sakit tidak berfungsi. Beberapa lembaga bantuan harus menghentikan operasi dan mengevakuasi karyawan.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement