REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN – Pemerintah Iran sedang berusaha mempercepat pembukaan kembali kantor misi diplomatiknya di Arab Saudi. Kedua negara diketahui telah mencapai kesepakatan rekonsiliasi pada Maret lalu.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanaani mengungkapkan, kemajuan telah dicapai dalam mempersiapkan dimulainya kembali operasi misi diplomatik negaranya di Saudi. Dia menyebut, kantor misi di Riyadh dan Jeddah sedang dalam renovasi. Namun saat ini persiapannya telah memasuki tahap akhir.
“Karena penutupan misi diplomatik yang berkepanjangan dan struktur bangunan serta peralatan internal yang menua, kami membutuhkan lebih banyak waktu untuk mempersiapkan pembukaan kembali tempat-tempat ini. Iran berharap kendala tersebut dapat diselesaikan dalam waktu sesingkat mungkin untuk menyaksikan pembukaan resmi kedutaan dan konsulat kedua negara, dan kami sangat positif akan hal itu,” kata Kanaani, Senin (8/5/2023).
Pada 6 April lalu Menteri Luar Negeri (Menlu) Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan dan Menlu Iran Hossein Amirabdollahian bertemu di Beijing, Cina. Itu merupakan pertemuan perdana mereka sejak Saudi dan Iran sepakat memulihkan hubungan diplomatik. Perjanjian rekonsiliasi yang dimediasi Cina itu dikenal sebagai Beijing Agreement.
Dalam pertemuan tersebut, Pangeran Faisal dan Amirabdollahian membahas langkah lanjutan yang bakal diambil kedua negara setelah menjalin rekonsiliasi. “Kedua belah pihak menyatakan aspirasi mereka untuk mengintensifkan pertemuan konsultasi dan membahas cara kerja sama guna mencapai prospek hubungan yang lebih positif, mengingat sumber daya alam dan potensi ekonomi yang dimiliki kedua negara, serta peluang besar untuk mencapai keuntungan bersama,” kata mereka dalam sebuah pernyataan bersama.
Saudi dan Iran juga sepakat meningkatkan kerja sama di setiap bidang yang tidak hanya akan memberi keuntungan timbal balik, tapi turut membantu menciptakan keamanan serta stabilitas di kawasan. Kantor Saudi Press Agency (SPA) melaporkan, dalam pertemuannya, Pangeran Faisal dan Amirabdollahian turut menyepakati pembukaan kembali kedutaan besar mereka di negara satu sama lain dalam waktu 60 hari.
Pangeran Faisal dan Amirabdollahian turut menyampaikan terima kasih kepada Cina karena telah menjadi mediator dalam proses rekonsiliasi kedua negara. “Menyatakan terima kasih dan penghargaan kepada pihak Cina yang telah menjadi tuan rumah pertemuan ini,” kata Pangeran Faisal dan Amirabdollahian dalam pernyataan bersamanya.
Pada 10 Maret lalu, Iran dan Arab Saudi mengumumkan pemulihan hubungan diplomatik antara kedua negara. Kesepakatan itu tercapai setelah perwakilan Teheran dan Riyadh menggelar pembicaraan di Beijing. Negeri Tirai Bambu bertindak sebagai mediator dalam proses tersebut.
Saudi memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Iran pada 2016. Langkah itu diambil setelah Kedutaan Besar Arab Saudi di Teheran digeruduk dan dibakar massa pengunjuk rasa. Penggerudukan itu terjadi saat warga Iran berdemonstrasi memprotes keputusan Saudi mengeksekusi mati ulama Syiah bernama Nimr al-Nimr.