Ahad 14 May 2023 10:00 WIB

Erdogan Tuduh Oposisi Bekerja Sama dengan AS untuk Menjatuhkannya

Erdogan sebut oposisi menerima perintah dari Barat dan mereka akan tunduk pada Barat

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Pendukung calon presiden Aliansi Rakyat Recep Tayyip Erdogan, menghadiri rapat umum kampanye pemilu di Istanbul, Turki, Jumat, 12 Mei 2023.
Foto: AP Photo/Khalil Hamra
Pendukung calon presiden Aliansi Rakyat Recep Tayyip Erdogan, menghadiri rapat umum kampanye pemilu di Istanbul, Turki, Jumat, 12 Mei 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menggelar kampanye terakhirnya di Istanbul. Ia menuduh oposisi bekerja sama dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden untuk menjatuhkannya dalam pemilihan umum paling menantang selama 20 tahun ia berkuasa.

Jajak pendapat satu hari sebelum pemungutan suara menunjukkan Erdogan di peringkat kedua kandidat utama oposisi Kemal Kilicdaroglu. Namun, bila tidak ada yang memenangkan lebih dari 50 persen suara dan kemenangan mutlak, pemungutan suara putaran kedua akan digelar pada 28 Mei.

Baca Juga

Pemilih juga akan memilih parlemen baru dalam persaingan ketat antara koalisi Aliansi Rakyat yang terdiri atas partai konservatif AK Party (AKP) yang dipimpin Erdogan dan partai nasionalis MHP melawan koalisi enam partai Aliansi Nasional termasuk partai sekuler Partai Republik Rakyat (CHP) yang dipimpin Kilicdaroglu.

Pemungutan suara akan dibuka pada Ahad (14/5/2023) pukul 08.00 pagi waktu setempat dan ditutup pukul 17.00. Pada Ahad malam sudah akan ada indikasi apakah pemungutan suara putaran kedua akan digelar.

Dalam kampanyenya selama satu bulan terakhir Erdogan fokus pada prestasi pemerintah di industri pertahanan dan proyek-proyek infrastruktur. Ia menekankan pemerintahan oposisi akan memundurkan pembangunan.

Salah satu serangannya oposisi menerima perintah dari Barat dan mereka akan tunduk pada Barat bila terpilih. Dalam kampanye di Distrik Umraniye, Istanbul, Sabtu (13/5/2023), Erdogan mengingat kembali pernyataan Biden yang dipublikasikan di surat kabar the New York Times pada Januari 2020 lalu ketika Biden berkampanye dalam pemilihan presiden.

Saat itu Biden mengatakan Washington harus mendukung oposisi Erdogan untuk mengalahkannya dalam pemilihan umum. Ia menekankan Erdogan tidak boleh diturunkan melalui kudeta.

Pada tahun yang sama pernyataan itu menjadi topik paling populer di Twitter di Turki. Ankara menyebutnya sebagai "intervensi."

"Biden memberi perintah untuk menggulingkan Erdogan, saya tahu itu, semua rakyat saya tahu itu, bila itu terjadi, surat suara besok juga akan memberi respons pada Biden," kata Erdogan.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan Turki merupakan sekutu lama AS. Washington akan memantau dengan seksama pemilihan hari ini. "Amerika Serikat tidak berpihak dalam pemilihan ini," kata juru bicara itu.

"Satu-satunya kepentingan kami adalah proses demokrasi, yang harus adil dan bebas, kami percaya pihak berwenang Turki akan menggelar pemilihan ini dengan menjaga tradisi panjang demokrasi yang membanggakan dan undang-undangnya," ujar juru bicara.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement