Ahad 14 May 2023 16:10 WIB

Warga Gaza Bersuka Cita Sambut Gencatan Senjata Israel dan Jihad Islam

Jalan-jalan di Gaza yang sebelumnya sepi, kini telah dipenuhi oleh warga Palestina

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Warga Gaza bersuka Cina menyambut gencatan senjata antara Israel dengan Jihad Islam pada Sabtu (13/5/2023) malam.
Foto: EPA-EFE/HAITHAM IMAD
Warga Gaza bersuka Cina menyambut gencatan senjata antara Israel dengan Jihad Islam pada Sabtu (13/5/2023) malam.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Warga Gaza bersuka Cina menyambut gencatan senjata antara Israel dengan Jihad Islam pada Sabtu (13/5/2023) malam. Jalan-jalan di Gaza yang sebelumnya sepi, kini telah dipenuhi oleh warga Palestina yang bersorak-sorai.

Beberapa warga Gaza membunyikan klakson mobil, sementara yang lain menuju ke rumah orang yang terbunuh dalam pertempuran untuk menunjukkan rasa hormat mereka. Israel dan kelompok perlawanan Jihad Islam mencapai gencatan senjata yang ditengahi oleh Mesir. Gencatan senjata berlaku pada Sabtu pukul 10.00 malam waktu setempat.

Baca Juga

"Sehubungan dengan kesepakatan pihak Palestina dan Israel, Mesir mengumumkan gencatan senjata antara pihak Palestina dan Israel telah tercapai," bunyi teks kesepakatan yang dilihat oleh Reuters.

 "Kedua belah pihak akan mematuhi gencatan senjata yang mencakup diakhirinya penargetan warga sipil, penghancuran rumah, diakhirinya penargetan individu segera setelah gencatan senjata berlaku," kata isi kesepakatan itu.

Penasihat keamanan nasional Israel berterima kasih kepada Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi atas upaya Kairo untuk menengahi serangan terbaru yang dimulai pada Selasa (9/5/2023). Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu juga menyambut gencatan senjata tersebut.

 "Tenang akan dibalas dengan tenang dan jika Israel akan diserang atau diancam, Israel akan terus melakukan apa yang harus dilakukan untuk mempertahankan diri," kata pernyataan Netanyahu.

Kendati bersuka cita dengan berita gencatan senjata, beberapa warga Gaza khawatir akan terjadi pertempuran lagi dalam waktu dekat. Warga Gaza telah lelah dengan gejolak yang terjadi secara berulang.

"Kami ingin gencatan senjata berdasarkan prinsip, tidak seperti dulu ketika setelah tenang (gencatan senjata) orang meninggal," kata seorang Warga Gaza, Munir Marouf (43 tahun).

Jalan-jalan yang telah sepi dalam beberapa hari terakhir dengan cepat dipenuhi oleh orang-orang yang bersuka ria menyambut gencatan senjata. Mereka mengibarkan bendera Palestina, dan mengibarkan tanda kemenangan dari kendaraan yang melaju kencang.  Di tengah perayaan gencatan senjata, seorang penjual buah menggunakan pengeras suara, dan mempromosikan persediaan buah pisangnya dengan suara lantang.

Pada Sabtu (13/5/2023) warga Palestina memberanikan diri untuk menilai kerusakan yang ditimbulkan oleh pesawat tempur Israel dan menyelamatkan barang yang tersisa.  Seorang pria dengan hati-hati mengeluarkan dokumen dari bawah reruntuhan. Sementara warga lainnya membawa kasur.

Empat rumah di lingkungan perumahan padat penduduk menjadi debu dalam serangan menjelang fajar.  Militer Israel menuduh rumah-rumah yang menjadi sasaran itu milik atau digunakan oleh militan Jihad Islam.  Penduduk membantah klaim tentara dan mengatakan mereka tidak tahu mengapa rumah mereka menjadi sasaran.

 “Kami tidak memiliki landasan peluncuran roket sama sekali.  Ini adalah daerah pemukiman,” kata Awni Obaid, di samping puing-puing rumahnya yang bertingkat tiga di pusat Kota Deir al-Balah.

Rumah kerabat Obaid, Jehad Obaid, juga hancur. Dia berada dalam jarak beberapa ratus meter ketika apartemennya dibom.

 "Saya merasa ingin muntah karena debu. Ini adalah kebencian yang luar biasa. Mereka mengklaim tidak menyerang anak-anak, tapi yang kami lihat adalah kegilaan, kehancuran," kata Jehad Obaid.

Kekerasan terbaru meletus pada Selasa (9/5/2023) ketika serangan udara Israel menewaskan tiga komandan senior Jihad Islam.  Israel mengatakan serangan udara itu sebagai tanggapan atas ledakan besar tembakan roket minggu sebelumnya. Israel mengatakan, serangannya difokuskan pada target Jihad Islam.  Namun penduduk di Gaza mengatakan rumah orang yang tidak terlibat dalam pertempuran juga telah diserang.

Sedikitnya 10 warga sipil, termasuk wanita, dan anak kecil tewas dalam serangan awal tersebut. Selama beberapa hari terakhir, Israel telah melakukan lebih banyak serangan udara. Israel juga membunuh komandan senior Jihad Islam dan menghancurkan pusat komando dan tempat peluncuran roket mereka.  Tapi serangan udara tidak menunjukkan tanda-tanda menghentikan tembakan roket.

 Israel melaporkan lebih dari 1.200 peluncuran selama pertempuran, dengan beberapa roket mencapai sejauh wilayah Tel Aviv dan Yerusalem.  Israel mengatakan, sekitar seperempat dari roket salah sasaran dan mendarat di Gaza, sementara sebagian besar sisanya dicegat atau mendarat di area terbuka.  Tetapi seorang wanita berusia 80 tahun dan seorang buruh Palestina yang bekerja di Israel tewas oleh tembakan roket.

Sejauh ini tidak ada rincian tentang ketentuan gencatan senjata.  Jihad Islam telah menuntut penghentian kebijakan Israel yang menargetkan para pemimpinnya. Sementara Israel akan menawarkan ketenangan demi ketenangan.

Ini adalah serangan terbaru dari serangkaian pertempuran panjang antara Israel dan militan Palestina di Gaza sejak Hamas menguasai wilayah pantai itu pada 2007. Tetapi kesepakatan gencatan senjata tidak mungkin dapat mengatasi banyak masalah yang telah memicu pertempuran berulang kali, termasuk blokade Israel yang sedang berlangsung di Gaza, persenjataan besar yang dimiliki oleh Hamas dan Jihad Islam, serta kebijakan Israel di wilayah pendudukan Tepi Barat dan Yerusalem timur.

Israel merebut Tepi Barat, Yerusalem timur, dan Gaza dalam perang Timur Tengah 1967. Karena situasi yang mudah memanas di wilayah pendudukan Tepi Barat, militer Israel menyerbu kamp pengungsi Balata di dekat Kota Nablus. Hal ini memicu baku tembak yang menewaskan dua warga Palestina.  Dalam insiden terpisah di dekat Kota Jenin, polisi Israel mengatakan mereka menembak dan membunuh seorang tersangka penyerang Palestina yang berlari ke arah tentara dengan memegang pisau.

Pertempuran Israel-Palestina telah melonjak di Tepi Barat di bawah pemerintahan kanan Israel.  Sejak awal tahun ini, 111 warga Palestina telah tewas di Tepi Barat dan Yerusalem timur, setidaknya setengah dari mereka berafiliasi dengan kelompok militan. Menurut penghitungan oleh The Associated Press, ini adalah jumlah kematian tertinggi dalam dua dekade.  Saat itu, 20 orang tewas dalam serangan Palestina terhadap Israel. Gencatan senjata dapat menjadi tantangan lebih lanjut pada Kamis (17/5/2023) ketika kaum nasionalis Israel merencanakan pawai tahunan "Hari Yerusalem" melalui Muslim Quarter di Kota Tua Yerusalem.  

Pawai tersebut bertujuan untuk merayakan penaklukan Israel atas Kota Tua dan tempat-tempat suci Yahudi pada 1967. Pawai ini sering menjadi sumber gesekan dan membantu memicu perang 11 hari dengan Hamas pada 2021.

sumber : Reuters / AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement