Senin 15 May 2023 08:47 WIB

Kelompok Pemberontak Suriah Berusaha Lepas dari Bayang-Bayang Masa Lalu Alqaeda

Hayat Tahrir al Sham berusaha keluar dari bayang-bayang masa lalu Alqaeda.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Abu Mohammed al-Golani berusaha keras untuk menjauhkan kelompoknya, Hayat Tahrir al Sham, yang dikenal sebagai HTS, dari bayang-bayang masa lalu Alqaeda.
Foto:

Unggahan di akun media sosial program Rewards for Justice pemerintah AS memperlihatkan foto al-Golani mengenakan kemeja biru muda dan blazer biru tua dengan tulisan dalam bahasa Arab yang berbunyi: “Halo, al-Golani. Baju yang bagus. Anda dapat mengganti seragam Anda, tetapi Anda akan selalu menjadi teroris. Jangan lupa hadiah 10 juta dolar AS."

Pada 2017, HTS membentuk pemerintahan penyelamat untuk menjalankan urusan sehari-hari di wilayah tersebut. Pada awalnya, ia berusaha untuk menegakkan interpretasi hukum Islam yang ketat. 

Polisi agama ditugaskan untuk memastikan bahwa perempuan menutup aurat dengan benar. Polisi agama juga akan memaksa toko-toko tutup setiap Jumat agar orang dapat menghadiri shalat Jumat. Mereka melarang musik dan tidak membolehkan merokok di depan umum.

Pada Maret 2020, Rusia dan Turki mencapai gencatan senjata. Sejak itu, Suriah barat laut yang dikuasai pemberontak telah menyaksikan ketenangan. Sementara HTS memfokuskan upaya untuk menindak sisa-sisa ISIS dan kelompok jihadis lainnya. Laporan lembaga think tank International Crisis Group mengatakan, HTS telah berevolusi dan menjauhkan diri dari jihadisme global. HTS juga terkadang menggambarkan dirinya sebagai pembela minoritas di barat laut Arab.

Pada Maret, anggota kelompok bersenjata yang didukung Turki menembak mati empat pria Kurdi di Kota Jinderis saat mereka menyalakan api untuk merayakan tahun baru Kurdi. Al-Golani bertemu dengan keluarga korban dan penduduk Kurdi lainnya di daerah tersebut dan berjanji akan membalas dendam terhadap para pelaku.

Dalam wawancara dengan PBS ada 2021, al-Golani mengatakan, sebutan teroris terhadap kelompoknya tidak adil dan bersifat politis. Kendati dia kerap mengkritik kebijakan Barat di wilayah Suriah, kelompoknya tidak pernah berniat untuk melawannya.

Al-Golani mengatakan, keterlibatannya dengan Alqaeda telah berakhir. Bahkan di masa lalu kelompoknya menentang melakukan operasi di luar Suriah. Namun Departemen Luar Negeri AS menyatakan, al-Golani tetap ditetapkan sebagai teroris dan tidak mengomentari kemungkinan pertimbangan untuk mengubah penetapan tersebut. Peneliti di pusat penelitian Century International, Aron Lund, meyakini AS tidak mungkin menghapus HTS dan al-Golani dari daftar teroris.

“Sejauh yang saya tahu, pemerintah AS tetap benar-benar prihatin tentang hubungan kelompok itu dengan jihadisme global,” kata Lund.

Seorang peneliti di lembaga think tank Jusoor for Studies yang berbasis di Turki, Waiel Olwan, mengatakan, dia yakin al-Golani mencoba untuk menunjukkan bahwa dia mengendalikan Idlib dan menjamin tempat untuk dirinya sendiri di Suriah setelah konflik berakhir. Sementara seorang aktivis yang kelompoknya melacak pelanggaran oleh HTS, Asim Zedan, mengatakan bahwa penetapan teror yang sedang berlangsung merupakan pukulan terhadap citra diri al-Golani.

 “Setelah membentuk pemerintahan keselamatan dan mendirikan kementerian, al-Golani kini melihat dirinya sebagai kepala negara,” kata Zedan.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement