Senin 15 May 2023 13:51 WIB

Apa Itu Hari Nakba yang Diperingati Warga Palestina Setiap 15 Mei?

Hari Nakba mengacu pada pembersihan etnis Palestina pada 1948.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
Rakyat Palestina menggelar demonstrasi di perbatasan Israel dengan Jalur Gaza (iustrasi). Palestina memperingati Hari Nakbah yang menandai pengusiran massal mereka saat perang Timur Tengah 1948.
Foto: AP
Rakyat Palestina menggelar demonstrasi di perbatasan Israel dengan Jalur Gaza (iustrasi). Palestina memperingati Hari Nakbah yang menandai pengusiran massal mereka saat perang Timur Tengah 1948.

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Setiap tanggal 15 Mei, warga Palestina di seluruh dunia memperingati Hari Nakba atau malapetaka, yang mengacu pada pembersihan etnis Palestina pada 1948. Setelah mendapatkan dukungan dari pemerintah Inggris untuk membentuk negara Yahudi di Palestina pada 14 Mei 1948, pasukan Zionis mengumumkan pendirian Negara Israel, yang memicu perang Arab-Israel pertama.  

Pasukan militer Zionis mengusir setidaknya 750.000 warga Palestina dari rumah dan tanah mereka dan merebut 78 persen wilayah bersejarah Palestina.  Sementara 22 persen sisanya dibagi menjadi wilayah pendudukan Tepi Barat dan Jalur Gaza yang terkepung.

Baca Juga

Pertempuran berlanjut hingga Januari 1949 ketika perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Mesir, Libanon, Yordania, dan Suriah dibuat.  Garis Gencatan Senjata 1949 atau dikenal sebagai Garis Hijau merupakan batas yang diakui secara umum antara Israel dan Tepi Barat.  Garis Hijau juga disebut sebagai perbatasan sebelum 1967, tepatnya sebelum Israel menduduki sisa wilayah Palestina selama perang pada Juni 1967.

Dilansir dari Aljazirah, antara 1947 dan 1949, pasukan militer Zionis menyerang kota-kota besar Palestina dan menghancurkan sekitar 530 desa.  Sekitar 15.000 warga Palestina tewas dalam serangkaian kekejaman massal, termasuk puluhan pembantaian.

Pada 9 April 1948, pasukan Zionis melakukan salah satu pembantaian perang yang paling terkenal di Desa Deir Yassin di pinggiran barat Yerusalem.  Lebih dari 110 pria, wanita dan anak-anak dibunuh oleh anggota milisi Irgun dan Stern Gang Zionis.

Peneliti Palestina Salman Abu Sitta mendokumentasikan catatan terperinci tentang apa yang terjadi pada 530 desa ini bukunya yang berjudul The Atlas of Palestine. Banyak warga Palestina yang pengungsi setelah penumpasan oleh pasukan Zionis.

Di mana saja pengungsi Palestina hari ini?

Ada sekitar enam juta pengungsi Palestina terdaftar yang tinggal di setidaknya 58 kamp yang berlokasi di seluruh Palestina dan negara-negara tetangga. Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA) memberikan bantuan dan mengoperasikan ratusan sekolah dan fasilitas kesehatan untuk sedikitnya 2,3 juta pengungsi Palestina di Yordania, 1,5 juta pengungsi di Gaza, 870.000 pengungsi di wilayah pendudukan Tepi Barat yang diduduki,  570.000 pengungsi di Suriah dan 480.000 pengungsi di Lebanon.

Kamp-kamp terbesar di masing-masing wilayah adalah Baqa'a di Yordania, Jabalia di Gaza, Jenin di Tepi Barat, Yarmouk di Suriah, Eand di El Hilweh di Lebanon. Lebih dari 70 persen penduduk Gaza adalah pengungsi.  Sekitar 1,5 juta pengungsi tinggal di delapan kamp pengungsi di sekitar Jalur Gaza.

Menurut hukum internasional, pengungsi memiliki hak untuk kembali ke rumah dan properti di tanah air mereka. Banyak warga Palestina yang masih memiliki harapan untuk kembali ke Palestina.

Penderitaan pengungsi Palestina adalah masalah pengungsi terpanjang yang belum terselesaikan di dunia.

Bagaimana kehidupan warga Palestina di bawah pendudukan Israel?

Kendali militer Israel atas rakyat Palestina memengaruhi setiap aspek kehidupan mereka. Mulai dari akses layanan publik dan layanan dasar, akses perjalanan, tempat tinggal, hingga pernikahan. Human Rights Watch (HRW) mengatakan, Israel melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan apartheid dan penganiayaan terhadap warga Palestina.

HRW mendokumentasikan serangkaian pelanggaran Israel, termasuk penyitaan ekstensif atas tanah dan properti Palestina, pembunuhan di luar hukum, pemindahan paksa, pembatasan gerakan drastis, penahanan administratif, dan penolakan kewarganegaraan bagi warga Palestina.

Setiap tahun, Israel menghancurkan ratusan rumah warga Palestina.  Menurut data yang dikumpulkan oleh OCHA, antara 2009 dan 2022, setidaknya 8.413 bangunan milik Palestina dihancurkan oleh pasukan Israel. Selain itu, Israel menggusur setidaknya 12.491 orang Palestina.

Pemindahan paksa merupakan pelanggaran hukum internasional.  Sebagian besar atau 79 persen bangunan berada di Area C di wilayah pendudukan Tepi Barat yang dikendalikan Israel.  Dua puluh persen dari struktur ini berada di Yerusalem Timur.

Permukiman Israel Tumbuh Pesat

Permukiman Israel adalah komunitas Yahudi yang dijaga ketat, dan dibangun secara ilegal di tanah Palestina. Sekitar 750.000 pemukim Israel tinggal di setidaknya 250 pemukiman ilegal di wilayah pendudukan Tepi Barat dan Yerusalem Timur.  Permukiman Israel adalah ilegal menurut hukum internasional.

Serangan pemukim terhadap warga Palestina dan properti mereka sudah dianggap biasa di Tepi Barat dan Yerusalem Timur, yang merupakan rumah bagi sekitar tiga juta warga Palestina. Pemerintah Israel secara terbuka mendanai dan membangun permukiman untuk tempat tinggal orang Yahudi Israel.

Mereka menawarkan insentif dan perumahan bersubsidi.  Ini berarti populasi pemukim Israel di Tepi Barat dan Yerusalem Timur tumbuh lebih cepat daripada populasi warga Israel yang tinggal di Israel.

Bagi warga Palestina, Nakba bukanlah sebuah peristiwa sejarah. Melainkan sebuah proses pengungsian yang berkelanjutan dan tidak pernah berhenti.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement