REPUBLIKA.CO.ID, NICOSIA -- Siprus dan Israel sedang mengerjakan kesepakatan untuk membangun jaringan pipa yang akan menyalurkan gas alam dari kedua negara ke negara kepulauan Mediterania timur. Menteri Energi Siprus Giorgos Papanastasiou mengatakan pada Senin (15/5/2023), gas itu akan dicairkan untuk diekspor dengan kapal ke Eropa dan kemungkinan ke tempat lain.
Menurut Papanastasiou, Israel menyetujui proposal yang diajukan oleh pemerintah Siprus untuk pipa dan pabrik pencairan. Penerimaan ini pun langsung diungkapkan oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada akhir pekan lalu.
“Mediterania timur memiliki cadangan (gas) yang cukup. Sebagian besar berada di dalam zona ekonomi eksklusif Israel, tetapi Siprus juga memiliki jumlah yang cukup untuk mewujudkan proyek ini,” kata Papanastasiou.
Papanastasiou akan segera mengunjungi Israel untuk menuntaskan kesepakatan formal tersebut. Setelah kesepakatan ditandatangani, jalur pipa dapat diselesaikan dalam 18 bulan. Diperlukan waktu dua setengah tahun untuk membangun pabrik pencairan di Siprus setelah investor mendapatkan jaminan.
Sejauh ini, lima simpanan gas yang cukup besar telah ditemukan di lepas pantai selatan Siprus. Israel memiliki 11 ladang seperti itu dengan yang terbesar, bernama Leviathan, mengandung sekitar 623 miliar meter kubik gas.
Menteri energi ini menjelaskan, proyek terbaru itu adalah versi terpotong dari gagasan jalur pipa EastMed. Proposal untuk pipa sepanjang 1.900 kilometer dengan nilai enam miliar dolar yang dirancang untuk mengalirkan gas regional langsung ke Eropa dalam beberapa tahun terakhir tidak disukai.
Alih-alih sambungan pipa langsung ke Eropa, gas yang diproses dari Siprus dapat menjangkau pasar internasional dengan kapal. “Ketika Anda memiliki gas alam cair, itu bisa menuju ke segala arah… Eropa sekarang lebih membutuhkannya, tetapi pasar juga dapat ditemukan di Asia,” kata Papanastasiou.
Papanastasiou mengatakan, akan bertemu akhir bulan ini dengan perusahaan energi yang memiliki izin untuk mengeksplorasi minyak dan gas di dalam zona ekonomi eksklusif Siprus, termasuk French Total, Eni Italia, ExxonMobil, dan Chevron. Pertemuan itu untuk mencari cara berkolaborasi dalam proyek yang akan mempercepat mendapatkan gas mereka ke pasar.
Pada Desember, pemerintah Siprus sebelumnya mengatakan sedang mempertimbangkan proposal untuk rencana serupa karena perang Rusia di Ukraina memperparah krisis energi. Papanastasiou mengatakan, otoritas Siprus dan Israel akan membutuhkan beberapa bulan lagi untuk merundingkan kesepakatan terpisah tentang berapa banyak gas dari ladang gas Cypriot Aphrodite yang jatuh di perairan tetangga Israel.