REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Setelah pemilu Turki putaran pertama berakhir, kandidat presiden urutan ketiga Sinan Ogan menjadi buah bibir di kalangan para komentator politik. Kandidat nasionalis yang didukung oleh ATA Alliance ini memperoleh 5,17 persen suara.
Dukungan dari para pemilih Ogan akan sangat penting, karena Presiden Recep Tayyip Erdogan dan pemimpin oposisi Kemal Kilicdaroglu menuju pemilu putaran kedua yang akan digelar pada 28 Mei. Erdogan dan Kilicdaroglu harus melaju ke putaran kedua karena tidak mendapatkan suara yang melewati ambang batas 50 persen.
Suara pendukung Ogan akan menjadi penentu dalam pemilu Turki putaran kedua. Ogan mengatakan, dia dan timnya belum menentukan apakah akan mendukung Erdogan atau Kilicdaroglu.
“Saat ini, kami tidak mengatakan akan mendukung (kandidat) ini atau itu. Mereka yang tidak menjauhkan diri dari terorisme seharusnya tidak mendatangi kami," ujar Ogan, dilaporkan Aljazirah, Senin (15/5/2023).
“Tampaknya sejak awal pemilu akan berlanjut ke putaran kedua, dan kaum nasionalis Turki serta Kemalis yang akan menentukan putaran kedua,” tambah Ogan.
Referensi Ogan untuk "terorisme" adalah sangat penting. Di mata kaum nasionalis Turki, Erdogan maupun Kilicdaroglu mendapat dukungan dari mereka yang dianggap bersekutu dengan kelompok teror.
Pencalonan Kilicdaroglu didukung Partai Rakyat Demokratik (HDP), yang berasal dari gerakan Kurdi Turki dan dianggap sebagai teman politik Partai Pekerja Kurdistan (PKK) oleh kaum nasionalis seperti Ogan. PKK telah melakukan kampanye selama 39 tahun melawan negara Turki. Kampanye ini telah menyebabkan puluhan ribu kematian. PKK telah ditetapkan sebagai organisasi teror oleh Turki, Amerika Serikat dan Uni Eropa.
Sementara itu, partai Erdogan yaitu Partai Keadilan dan Pembangunan (Partai AK) menerima dukungan dari Huda-Par, sebuah partai Islamis politik yang didominasi Kurdi. Tiga politisi Huda-Par telah terpilih menjadi anggota parlemen dengan dimasukkan dalam daftar kandidat Partai AK.
Huda-Par memiliki hubungan bersejarah dengan Hizbullah, sebuah kelompok Kurdi yang melakukan kampanye kekerasan brutal pada 1990-an saat melawan PKK dan menargetkan petugas polisi Turki. Grup tersebut tidak memiliki hubungan kelompok serupa yang berbasis di Lebanon.