REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan meminta Amerika Serikat (AS) untuk menemukan dalang di balik penyerangan Turkish House di New York pada Senin (22/5/2023). Tempat yang menampung misi diplomatik Turki ini diserang dengan pelaku menghancurkan jendela gedung pada pukul 03.14 waktu setempat.
“Di Eropa, (kelompok teroris) PKK telah melihat keadaan semakin buruk, (dan) mereka mulai menyerang para pemilih. Mereka mungkin mengatakan bahwa para pemilih ini mendukung People's Alliance. Itu sebabnya mereka menyerang mereka," ujar Erdogan melayangkan tuduhan kepada Kurdistan Workers’ Party.
Tuduhan pejawat presiden Turki itu merujuk pada penyerang Turkish House di Amerika Serikat. Dia mempertanyakan alasan dan hasil dari para pelaku memecahkan jendela gedung yang tidak jauh dari gedung Perserikatan Bangsa-Bangsa itu.
"Sekarang, bukankah kita akan memberi tahu otoritas dan pasukan keamanan Amerika, 'Anda perlu menemukan teroris ini dengan cepat, dan Anda perlu melakukan apa yang diperlukan.' Saya ingin tahu apakah kejadian serupa terjadi di Turki, bagaimana Anda melihatnya?" ujar Erdogan dikutip dari Anadolu Agency.
Menurut Erdogan, Turkish House dipercayakan kepada otoritas AS. "Anda perlu menemukan teroris yang memecahkan jendela Turkish House dengan linggis," ujarnya.
Turkish House di New York merupakan gedung khusus untuk misi diplomatik dan acara budaya. Konsul Jenderal Turki di New York Reyhan Ozgur menyatakan, tidak ada yang terluka tetapi 12 jendela dan pintu gedung yang dibuka pada 2021 telah rusak.
Ozgur mengatakan, penyerang hingga kini belum teridentifikasi. Pelaku pun meninggalkan linggis kecil di tempat kejadian. Gedung pun akhirnya ditutup oleh Departemen Kepolisian New York dan insiden itu sedang diselidiki.
Serangan itu tidak memengaruhi pemungutan suara dalam putaran kedua pemilihan presiden Turki untuk warga negara yang berada di wilayah tersebut. Ozgur menyatakan, mereka dapat terus memberikan suara di Turkish House.