REPUBLIKA.CO.ID, SRINAGAR -- Pertemuan tentang pariwisata anggota G20 diadakan di Kashmir yang dikuasai India pada Senin-Rabu (22-23/5/2023). Acara ini pun diatur dengan keamanan sangat ketat.
Keamanan sangat ketat dan beberapa latihan keamanan telah diberlakukan pada hari-hari sebelum acara dimulai. Penjagaan keamanan besar-besaran ditempatkan di sekitar tempat acara yang berada di tepi Danau Dal.
Menurut laporan BBC, pasukan keamanan elit yang terdiri dari komando laut, Penjaga Keamanan Nasional, Pasukan Keamanan Perbatasan, dan pasukan polisi telah dikerahkan di Kashmir. Komando angkatan laut elit berpatroli di air dengan perahu karet. Pusat komersial kota dirapikan, dengan jalan-jalan beratap hitam yang mengarah ke pusat konvensi dan tiang-tiang listrik menyala dengan warna bendera nasional India.
Sekolah di sekitar rute yang akan digunakan delegasi G20 telah ditutup. Bunker militer, pemandangan umum di Kashmir, telah ditutupi dengan spanduk G20 untuk menyembunyikannya dari pandangan.
Kota utama Srinagar pun tampak tenang pada Senin dan jalanan sangat bersih. Menteri federal India Jitendra Singh mengatakan kepada hadirin yang datang dalam acara pertemuan pariwisata G20, bahwa Kashmir sedang berubah.
″Jika acara seperti itu diadakan lebih awal, seruan mogok akan diberikan dari Islamabad dan toko-toko di Residency Road (di) Srinagar akan tutup. Sekarang tidak ada hartal (mogok). Orang biasa di jalan-jalan Srinagar ingin berubah," ujar Singh.
Pertemuan itu adalah acara internasional penting pertama di Kashmir sejak pemerintah India mencabut wilayah semi-otonomi mayoritas Muslim itu pada 2019. Namun area yang dikuasai India tetap menjadi salah satu wilayah yang paling termiliterisasi di dunia, dengan ratusan ribu tentara.