REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Lembaga pemantau Korea Utara (Korut) yang bermarkas di Washington, Amerika Serikat (AS), 38 North melaporkan pembangunan stasiun peluncur satelit Korut mencapai "tingkat urgensi baru." Lembaga itu memprediksi Korut tampaknya bersiap meluncurkan satelit.
Korut mengatakan sudah menyelesaikan satu satelit mata-mata militer dan Pemimpin Kim Jong-un menyetujui persiapan akhir untuk meluncurkannya ke orbit. Korut belum mengungkapkan tanggal peluncuran.
Dalam laporannya 38 North mengatakan berdasarkan citra satelit komersial pada Senin (22/5/2023) lalu terlihat kemajuan pembangunan stasiun peluncuran satelit di daerah pinggir pantai di timur Korut, Sohae Satellite Launching Station, bergerak "dengan sangat cepat."
"Sementara komponen-komponen kunci kompleks Sohae sedang dimodernisasi dan diperluas satu tahun terakhir, lonjakan aktivitas menunjukkan tingkat urgenis baru dalam mempersiapkan lokasi itu mengakomodasi peluncuran satelit," kata laporan tersebut, Rabu (24/5/2023).
Di landasan peluncuran itu terlihat sebuah struktur yang dipasang ke sebuah rel untuk membawa roket dari satu tempat ke tempat lain, sebuah menara lampu dan terowongan untuk menyalurkan api roket. Dalam laporannya 38 North mengatakan dengan infrastruktur-infrastrukut itu tampaknya Korut menggunakan roket bahan bakar cair.
Kru di landasan luncur Sohae terlihat sedang menyelesaikan modifikasi menara penyangga peluncur. Sementara pembangunan gudang untuk menyimpan bahan bakar dan oxidizer terus dilanjutkan. 38 North mengatakan sebuah ruangan VIP untuk mengamati peluncuran tampaknya sudah selesai.
Pengamat mengatakan satelit militer bagian dari program senjata nuklir Korut untuk meningkatkan teknologi pengintaian, termasuk drone-drone. Sebagai cara untuk meningkatkan akurasi tembakan saat konflik.
Sudah beberapa kali Korut mencoba meluncurkan satelit "observasi bumi" yang tampaknya dua satelit berhasil tiba di orbit. Termasuk peluncuran satelit terakhir pada 2016 lalu.
Pengamat internasional mengatakan kemajuan satelit itu tampaknya masih dalam kendali. Tapi muncul perdebatan apakah satelit itu dapat mengirim transmisi.