Ahad 25 Sep 2022 16:55 WIB

Filipina Evakuasi Pinggir Pantai Sebelum Badai Noru Datang

Badai kategori 3 yang mungkin mendarat di Filipina semakin menguat.

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Pemukiman warga di Kepulauan Luzon Utara yang porak poranda akibat Badai Mangkhut.
Foto: Karl Norman Alonzo/Presidential Photographers
Pemukiman warga di Kepulauan Luzon Utara yang porak poranda akibat Badai Mangkhut.

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Pihak berwenang Filipina mulai melakukan evakuasi warga yang tinggal di pinggir pantai karena badai kategori 3 yang mungkin mendarat di negara itu semakin menguat. Ratusan orang yang tinggal di Pulau Luzon juga tidak bisa melakukan perjalanan lewat laut.

Badan penanggulangan bencana mengatakan badai Noru menjadi badai super "setelah masa intensifikasi yang luar biasa". Kecepatan anginnya naik dari 120 kilometer per jam pada Sabtu (24/9/2022) kemarin menjadi 185 kilometer per jam pada Ahad (25/9/2022).

Badai ini akan semakin intensif dan mungkin mendarat pada Ahad sore atau malam. Dengan kecepatan angin mulai 185 sampai 205 kilometer per jam.

"Saya meminta para walikota untuk mematuhi evakuasi pencegahan yang ketat," kata Gubernur Provinsi Quezon Helen Tan pada stasiun radio DZRH. Ia menambahkan nelayan di pemukiman pinggir pantai juga dilarang melaut.

Noru merupakan badai tropis ke-11 yang mendarat di Filipina pada tahun ini. Badai ini akan membawa hujan lebat di atas ibukota dan provinsi-provinsi sekitarnya pada Ahad sore.

"Harapannya badai ini bergerak cepat, walaupun membawa angin kuat," kata juru bicara badan penanggulangan bencana Filipina Bernardo Rafaelito Alejandro. Pihak berwenang memperingatkan longsor, banjir dan angin keras.

Penjaga Pantai Filipina mengatakan lebih dari 1.200 penumpang dan 28 kapal terdampar di pelabuhan sebelah selatan Manila. Noru bergerak ke arah barat dan berakhir di atas Laut Cina Selatan pada Ahad malam atau Senin (26/9/2022) pagi.

Kepulauan Filipina yang terdiri dari 7.600 pulau rata-rata mengalami 20 badai tropis setiap tahunnya.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement