Jumat 02 Jun 2023 07:12 WIB

Presiden Serbia dan Kosovo Saling Serang di Pertemuan Eropa

Presiden Serbia dan Kosovo tidak memberi tanda mampu menahan diri

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Presiden Serbia dan Kosovo sama-sama menegaskan ingin meredakan krisis kekerasan di utara Kosova tapi keduanya tetap saling serang
Foto: EPA-EFE/GEORGI LICOVSKI
Presiden Serbia dan Kosovo sama-sama menegaskan ingin meredakan krisis kekerasan di utara Kosova tapi keduanya tetap saling serang

REPUBLIKA.CO.ID, BULBOACA -- Presiden Serbia dan Kosovo sama-sama menegaskan ingin meredakan krisis kekerasan di utara Kosova. Tapi keduanya tidak memberi tanda-tanda untuk menahan diri dari posisi masing-masing.

Dalam pertemuan di Moldova bersama lebih dari 40 pemimpin Eropa, Presiden Serbia Aleksandar Vucic dan Presiden Kosovo Vjosa Osmani tidak saling mengakui meski mereka hanya berjarak beberapa meter di karpet merah.

Baca Juga

Kedua belah pihak ditekan masyarakat internasional untuk mengakhiri krisis lama antara etnis Albania di Kosovo dan etnis Serbia yang mayoritas di utara Kosovo. Kekerasan pecah pada Senin (29/5/2023) lalu setelah pemerintah Kosovo didukung unit polisi khusus menempatkan wali kota etnis Albania di kota madya di utara.

Wali kota itu terpilih dengan angka partisipasi pemilih hanya 3,5 persen setelah etnis Serbia memboikot pemilihan daerah tersebut. Osmani mengatakan Belgrade mencoba merusak stabilitas Kosovo karena gagal menerima deklarasi kemerdekaan dari Serbia tahun 2008.

"Kami semua memahami ancaman sebenarnya datang dari penolakan Serbia mengakui Kosovo sebagai negara berdaulat," kata Osmani, Kamis (1/6/2023).

Ia menuduh Vucic mendukung kelompok kriminal di utara Kosovo yang menurutnya bertanggung jawab atas bentrokan yang melukai 30 pasukan penjaga perdamaian NATO dan 52 pengunjuk rasa etnis Serbia.

"Presiden Vucic harus berhenti mendukung kelompok kriminal di Kosovo, itulah apa yang perlu ia lakukan bila benar-benar menginginkan perdamaian, ia belum menunjukan itu," katanya.

Serbia menolak tuduhan tersebut. Dalam pertemuan yang digelar di sebuah kastil di pedesaan Moldova, Vucic tampak tidak sekeras retorika Osmani. Tapi ia mengatakan pemerintah Kosovo harus menarik "orang yang diduga walikota" dari utara dan menyatakan keberadaan unit polisi khusus di sana ilegal.

"Serbia akan melakukan yang terbaik dan yang paling baik untuk meredakan ketegangan yang artinya kami akan mencoba membujuk etnis Serbia untuk tenang dan damai," katanya.

"Mereka sangat bertekad, mereka ingin melihat unit polisi khusus mundur," kata Vucic.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement