Selasa 06 Jun 2023 10:15 WIB

Rusia Pertimbangkan Semua Proposal Perdamaian, Termasuk Inisiatif dari Indonesia

Indonesia mengajukan inisiatif perdamaian Rusia-Ukraina pada awal Juni lalu.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Nidia Zuraya
Dalam foto selebaran yang diambil dari video yang dirilis oleh Layanan Pers Kementerian Pertahanan Rusia pada Kamis, 25 Mei 2023, seorang tentara Rusia menembakkan sistem rudal anti-tank Fagot ke posisi Ukraina di lokasi yang dirahasiakan.
Foto:

Inisiatif dari Brasil, Perancis dan Vatikan

Presiden Brazil Luiz Inacio Lula da Silva juga menyerukan negosiasi perdamaian. Menurut pandangannya, perlu untuk membangun format internasional baru dengan partisipasi negara-negara yang siap untuk bertindak sebagai mediator di Moskow dan Kiev dan tidak terlibat dalam konflik.

Lula da Silva menyerukan KTT PBB dengan partisipasi dari Presiden Rusia Vladimir Putin dan mitranya dari Ukraina, Vladimir Zelensky. Meskipun rincian rencana Brasil belum diketahui, Moskow, menurut da Silva, harus diberikan beberapa prasyarat minimal.

Presiden Prancis Emmanuel Macron juga ingin mengembangkan rencananya sendiri. Menurut Bloomberg, Macron ingin bersama dengan Cina, dalam menjalankan proposal perdamaian. Namun, sejauh ini, pemimpin Perancis tersebut hanya mengusulkan agar Zelensky mengadakan pertemuan puncak yang didedikasikan untuk penyelesaian konflik di Paris.

Macron menyerukan agar Ukraina mendapatkan jaminan keamanan yang dapat diandalkan, sebuah seruan yang juga didukung oleh Jerman. Denmark dan Swedia juga menyatakan kesiapan mereka untuk menyediakan platform bagi aliansi tersebut.

Selain itu, Vatikan juga mengusulkan misi proposal perdamaian dan upaya mediasi. Paus Fransiskus menyatakan kesiapannya untuk mengunjungi Kiev dan Moskow. Saat ini, misi perdamaian Tahta Suci saat ini dipimpin oleh Presiden Konferensi Waligereja Italia Matteo Zuppi. Namun, syarat dan prasyarat dari misi tersebut belum diketahui. Paus menyatakan bahwa inisiatif ini tidak bersifat publik, meskipun tujuannya adalah untuk mencapai gencatan senjata.

Misi perdamaian negara-negara Afrika

Pada pertengahan Mei, Afrika Selatan mengumumkan bahwa negara-negara Afrika bekerja untuk meyakinkan Rusia dan Ukraina untuk memulai pembicaraan damai. Inisiatif Afrika tidak terdiri dari satu rencana tunggal - sebaliknya, inisiatif ini mencakup sejumlah ide dari rencana lain, seperti, misalnya, gencatan senjata dan menjadikan PBB sebagai platform penyelesaian utama.

Negara-negara Afrika juga tertarik untuk memperkenalkan kembali sejumlah bank Rusia ke sistem pembayaran SWIFT. Saat ini, negara-negara tersebut sedang menegosiasikan persyaratan dan waktu kunjungan delegasi mereka ke Moskow dan Kiev. Pertemuan akan diadakan pada akhir Juni - awal Juli.

Posisi Rusia

Posisi Rusia diuraikan selama pembicaraan di Belarus, dan kemudian selama pembicaraan di Turki pada Februari-April 2022. Ini termasuk status netral Ukraina, non-blok, yang dikukuhkan dalam konstitusinya, serta penolakan ke Ukraina untuk memiliki persenjataan nuklirnya sendiri.

Rusia menuntut demiliterisasi dan denazifikasi Ukraina, penyelesaian masalah bahasa, serta pengakuan kemerdekaan DPR (Donetsk People\'s Republic), LPR (Luhansk People\'s Republic), dan pengakuan kedaulatan Rusia atas Krimea dan Sevastopol. Namun, pada akhir April, pembicaraan terhenti, Ukraina tidak menanggapi usulan Rusia dengan bahasa yang jelas dalam rumusan perjanjian damai.

Sementara itu, Rusia berulang kali menyatakan bahwa mereka menyambut baik upaya-upaya dari semua negara yang bertujuan untuk menyelesaikan krisis Ukraina secara damai. Namun mereka mengharapkan proposal-proposal yang lebih spesifik, termasuk dari Indonesia, Vatikan, dan Afrika Selatan.

 

Moskow juga menggarisbawahi bahwa tidak ada rencana perdamaian yang bisa terwujud, jika tidak mencakup aksesi empat wilayah baru ke Rusia. Putin juga menunjukkan bahwa rencana Cina dapat dianggap sebagai dasar untuk perjanjian damai, bila Barat dan Kiev siap untuk itu.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement