REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Amerika Serikat (AS), Jepang, dan Filipina melakukan simulasi operasi kontra-terorisme di Laut Cina Selatan pada Selasa (6/6/2023). Manuver itu adalah bagian dari latihan penjaga pantai trilateral perdana antara ketiga negara, yang dilakukan pada saat meningkatnya kegelisahan atas perilaku maritim Cina di wilayah tersebut.
"Semua latihan yang kami lakukan adalah saling membantu untuk mempersiapkan segala sesuatu yang mungkin terjadi di masa depan," kata juru bicara penjaga pantai Filipina, John Ybanez.
Perahu-perahu kecil berisi orang-orang bersenjata dengan seragam kamuflase abu-abu dan balaclava melaju kencang menuju kapal Filipina, sebelum naik ke atas kapal dan memindai geladak dengan senapan kecil. Beberapa saat kemudian, awak kapal tersebut digiring dengan tangan di atas kepala.
Latihan itu adalah pura-pura mencegat kapal yang membawa senjata pemusnah massal. Dalam latihan itu personel penjaga pantai Filipina menghadapi perlawanan bersenjata saat naik ke kapal dan ditugaskan untuk mengendalikan situasi.
"Kami mendapatkan aset dan pelatihan kami dari kedua negara ini, jadi yang mereka inginkan adalah, mereka ingin melihat seberapa jauh kami telah berkembang," kata Ybanez.
Latihan di perairan lepas pantai provinsi Bataan melibatkan lebih dari 500 personel penjaga pantai. Latihan ini juga mencakup skenario pencarian dan penyelamatan, serta kontra-pembajakan.
Jepang dan Amerika Serikat telah sering mengutuk militerisasi Cina. Mereka berusaha untuk terlibat lebih dekat dengan Filipina sejak Ferdinand Marcos Jr mengambil alih sebagai presiden tahun lalu.