Rabu 07 Jun 2023 12:46 WIB

Sekjen PBB: Kerusakan Bendungan Nova Kakhovka Konsekuensi Invasi Rusia ke Ukraina

Dewan Keamanan PBB menggelar rapat untuk membahas kerusakan bendungan Nova Kakhovka.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nidia Zuraya
Tangkapan layar dari video yang dirilis oleh Kantor Kepresidenan Ukraina, air mengalir melalui di bendungan yang jebol di Kakhovka di Kakhovka, Ukraina, Selasa, (6/6/2023).
Foto: Ukraine's Presidential Office
Tangkapan layar dari video yang dirilis oleh Kantor Kepresidenan Ukraina, air mengalir melalui di bendungan yang jebol di Kakhovka di Kakhovka, Ukraina, Selasa, (6/6/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- PBB mengatakan tidak memiliki informasi independen mengenai kebocoran bendungan Nova Kakhovka, Ukraina. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan insiden itu "konsekuensi menghancurkan lain dari invasi Rusia ke Ukraina."

Pada Selasa (6/6/2023) Dewan Keamanan PBB menggelar rapat untuk membahas kerusakan bendungan tersebut. Rapat itu diajukan Rusia dan Ukraina.

Baca Juga

"Serangan terhadap warga sipil dan infrastruktur sipil kritis harus dihentikan, kami harus bertindak untuk memastikan pertanggung jawaban dan hukum humanitarian internasional dihormati," kata Guterres.

Semburan air dari bendungan besar di Sungai Dnipro yang memisahkan pasukan Rusia dan Ukraina di selatan Ukraina membanjiri medan perang. Memaksa warga desa sekitar untuk mengungsi dan mendorong kedua belah pihak saling menyalahkan.

Berdasarkan permintaan rapat yang diajukan ke Dewan Keamanan PBB, Ukraina menuduh Rusia melakukan "tindakan aksi terorisme ekologi dan teknologi." Sementara Rusia menggambarkan insiden ini sebagai "aksi sabotase yang dilakukan Ukraina."

"Ini merupakan bencana ekologi, ekonomi dan kemanusiaan monumental," kata Guterres.

"Setidaknya 16 ribu orang kehilangan rumah serta air bersih dan aman untuk diminum sehingga menimbulkan resiko bagi ribuan orang lebih," tambahnya.

Ia menambahkan PBB berkoordinasi dengan pemerintah Ukraina untuk mengirimkan air minum dan tablet pemurni air. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement