REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pada Selasa (13/6/2023), dapat memerintahkan pasukannya untuk mencoba merebut lebih banyak wilayah di Ukraina. Tindakan itu dalam upaya untuk melindungi perbatasan wilayah Rusia.
Putin mengatakan, saat ini dia tidak mempertimbangkan mobilisasi pasukan baru, seperti yang ditakuti banyak orang Rusia. Namun dia tidak mengesampingkan pemanggilan pasukan lain nantinya.
Komentar itu muncul pada pertemuan terbuka dengan jurnalis militer dan blogger. Ancaman Putin ini menanggapi klaim Ukraina yang menyatakan telah merebut beberapa desa di wilayah pendudukan dalam serangan balasan.
Putin mengatakan serangan balasan Ukraina tidak berhasil. Dia menegaskan bahwa Ukraina kehilangan 160 tank dan lebih dari 360 kendaraan lapis baja lainnya.
Jumlah itu jauh lebih besar ketimbang kerugian yang dialami Rusia. Putin menyatakan, Moskow hanya kehilangan 54 tank sejak serangan baru dimulai.
Mengacu pada dugaan serangan Ukraina ke Rusia dan penembakan wilayah perbatasan, Putin mengatakan, sedang mempertimbangkan untuk membuat semacam zona steril di wilayah Ukraina. Dalam beberapa pekan terakhir, wilayah perbatasan Rusia semakin diserang, dengan Istana Kremlin menyalahkan pasukan Ukraina atas serbuan pejuang dan serangan pesawat tak berawak.
Pihak berwenang Ukraina belum mengkonfirmasi keterlibatannya dalam serangan itu tetapi secara tidak langsung menyambut kesuksesan tersebut. Unit sukarelawan Rusia yang bersimpati dengan Ukraina telah mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.
Pemimpin lokal di Rusia telah memohon kepada Kremlin untuk berbuat lebih banyak untuk melindungi penduduk. Beberapa di antara penduduk telah dievakuasi ke daerah yang lebih aman.
Putin mengakui bahwa otoritas Rusia seharusnya meramalkan dan bersiap untuk menghentikan serangan semacam itu. Di awal perang, perbatasan lebih terlindungi karena Rusia menguasai lebih banyak wilayah Ukraina yang berdekatan. Namun, pasukan Kremlin mulai menarik diri dari sebagian besar wilayah itu pada musim gugur yang lalu di bawah serangan balasan Ukraina.