Kamis 15 Jun 2023 16:32 WIB

Sanksi Ekspor Pertanian tak Kunjung Dicabut, Rusia Tolak Perpanjang BSGI

Putin menyoroti hampir nihilnya komoditas biji-bijian Ukraina yang sampai ke Afrika.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nidia Zuraya
Perjanjian Koridor Gandum Laut Hitam yang disepakati Rusia-Ukraina.
Foto: Tim Infografis Republika.co.id
Perjanjian Koridor Gandum Laut Hitam yang disepakati Rusia-Ukraina.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan, negaranya menolak perpanjangan masa aktif kesepakatan koridor gandum Laut Hitam atau Black Sea Grain Initiative (BSGI). Hal itu karena bagian terkait pencabutan sanksi Barat terhadap produk pertanian Rusia tak kunjung dilakukan.

“Saya harus menyatakan lagi bahwa perpanjangan lebih lanjut tidak mungkin dilakukan kecuali paket (perjanjian BSGI) Istanbul ditegakkan seperti yang diprakarsai Sekretaris Jenderal PBB (Antonio Guterres) pada 17 Juli (2022),” kata Lavrov saat berbicara di 46th Session of the Council of Foreign Ministers of the Organization of the Black Sea Economic Cooperation (BSEC), dikutip kantor berita Rusia, TASS, Rabu (14/6/2023).

Baca Juga

Dia mengungkapkan, sejauh ini pelaksanaan BSGI hanya terpaku pada proses pengiriman komoditas biji-bijian dari Ukraina. Sementara bagian terkait Rusia tidak dilaksanakan. “Bagian dari paket amonia Rusia tidak berfungsi. Tidak ada kemajuan juga dalam implementasi memorandum Rusia-PBB yang bertujuan memastikan penarikan nyata produk pertanian dan pupuk Rusia dari sanksi sepihak Barat yang ilegal,” ujar Lavrov.

Sebelumnya Presiden Rusia Vladimir Putin telah menyampaikan, saat ini dia sedang mempertimbangkan untuk menarik negaranya dari BSGI. Putin memandang kesepakatan itu telah disalahgunakan dan bertentangan dengan prinsip awal, yaitu membantu negara-negara berkembang.

Putin menjelaskan, sebagian besar komoditas biji-bijian Ukraina yang berhasil diangkut di bawah perjanjian BSGI dikirim ke negara-negara Uni Eropa yang makmur. Putin merasa Rusia telah ditipu. “Kami sengaja menyetujuinya (BSGI) untuk mendukung negara-negara berkembang, teman-teman kami, dan untuk mencabut sanksi terhadap sektor pertanian kami. Kami ditipu sekali lagi," ucapnya, Selasa (13/6/2023).

Putin menyoroti hampir nihilnya komoditas biji-bijian Ukraina yang sampai ke negara-negara Afrika. Padahal dia menilai, negara-negara tersebut seharusnya menjadi prioritas BSGI. “Oleh karena itu, kami sekarang berpikir untuk menarik diri dari apa yang disebut kesepakatan biji-bijian ini. Selain itu, koridor kapal terus digunakan oleh musuh untuk meluncurkan drone angkatan laut,” kata Putin.

Dia menambahkan, jika hengkang dari BSGI, Rusia siap memasok volume biji-bijian yang sekarang berasal dari Ukraina secara gratis ke negara-negara termiskin. "Mengenai kesepakatan biji-bijian, kami sedang mempertimbangkan untuk mengakhiri partisipasi kami di dalamnya. Namun volume biji-bijian yang diterima negara-negara termiskin, yang sedikit di atas tiga persen, kami akan siap untuk mengirimkannya secara gratis," ucap Putin.

Pelabuhan-pelabuhan Ukraina di Laut Hitam diblokade setelah Rusia melancarkan agresi ke negara tersebut pada Februari 2022 lalu. Pada Juli 2022, Rusia dan Ukraina dengan bantuan mediasi Turki serta PBB menyepakati BSGI. Kesepakatan tersebut diteken di tengah kekhawatiran terjadinya krisis pangan global akibat konflik Rusia-Ukraina.

Lewat BSGI, Moskow memberikan akses bagi Ukraina untuk mengekspor komoditas pertaniannya lewat tiga pelabuhannya di Laut Hitam. Sebagai gantinya, Moskow meminta operasi ekspor pertaniannya, termasuk pupuk, dibebaskan dari sanksi Barat. Rusia telah beberapa kali menyampaikan bahwa bagian dalam BSGI terkait pembebasan ekspor komoditas pertaniannya dari sanksi belum terealisasi. Hal itu menjadi salah satu faktor Moskow ingin keluar dari BSGI.

Sejak BSGI disepakati pada Juli 2022, lebih dari 30 juta ton gandum dan komoditas biji-bijian lainnya telah diangkut dari pelabuhan-pelabuhan Ukraina di Laut Hitam ke negara-negara yang membutuhkan. Kesepakatan itu berhasil mencegah terjadinya krisis pangan global akibat konflik Rusia-Ukraina. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement