REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Dua ledakan mengguncang Kiev dan sirena serangan berbunyi saat pemimpin-pemimpin Afrika berkunjung ke kota itu untuk misi perdamaian. Dalam kunjungan itu para pemimpin Afrika diharapkan bisa menengahi Ukraina dan Rusia.
Delegasi Afrika termasuk dari Afrika Selatan, Senegal, Komoro dan Mesir diperkirakan akan bertemu dengan Presiden Volodymyr Zelenskyy. Kemudian menggelar pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di St Petersburg pada Sabtu (17/6/2023) besok.
Pada Jumat (16/6/2023) saksi mata di pusat kota Kiev mengatakan mendengar dua suara ledakan. Walikota Kiev Vitali Klitschko juga melaporkan ledakan di pusat distrik Podil, dan memperingatkan semakin banyak rudal yang mengarah ke ibukota.
Terlihat asap hitam dari dua rudal yang terbang di atas Kiev. Belum diketahui apakah rudal-rudal itu ditembakan Rusia atau merupakan pertahanan udara Ukraina.
Kantor berita Reuters melaporkan para pemimpin Afrika tiba di Kiev dalam konvoi kendaraan dan masuk ke dalam hotel untuk menggunakan tempat perlindungan serangan udara.
Para pemimpin Afrika itu memulai kunjungan ke Kota Bucha, dekat Kiev. Ukraina mengatakan kota itu salah satu tempat pasukan Rusia melakukan kejahatan perang skala besar dalam invasinya pada Februari 2022 lalu. Rusia membantah tuduhan tersebut.
Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa dan Presiden Senegal Macky Sall ikut dalam rombongan misi perdamaian itu. Di rancangan dokumen misi tersebut disebutkan para pemimpin Afrika dapat mengajukan serangkaian langkah membangun kepercayaan dalam tahapan awal mediasi.
"(Misi objektif dari) misi ini mempromosikan pentingnya perdamaian dan mendorong kedua belah pihak untuk menyepakati proses negosiasi yang mengarah pada diplomasi," kata dokumen tersebut.
Langkah-langkah tersebut antara lain menarik pasukan Rusia dari Ukraina, disingkirkannya senjata taktik nuklir dari Belarusia, penangguhan implementasi surat penangkapan Mahkamah Pidana Internasional terhadap Putin dan pencabutan sanksi.