Selain itu, Thales Alenia Space telah menyiapkan program pelatihan lengkap untuk para insinyur SNT, beberapa di antaranya telah bergabung dengan tim proyek di fasilitas perusahaan di Cannes dan Toulouse selama program berlangsung.
SATRIA akan menjadi satelit komunikasi VHTS pertama di Indonesia, dan juga yang paling kuat di kawasan Asia Tenggara. Dengan massa peluncuran 4,6 ton, satelit ini akan beroperasi pada pita Ka dan diposisikan di orbit 146° BT untuk masa pakai 15 tahun.
"Saya sangat senang melihat SATRIA berhasil diluncurkan. Misi ini akan menyebarkan Internet dengan throughput yang sangat tinggi ke seluruh Indonesia dan membantu mengembangkan infrastruktur digital negara," kata Marc-Henri Serre.
"Setelah pembangunan satelit Palapa-D dan Telkom-3S, muatan Telkom 3, dan satelit Telkom 113 yang akan datang, SATRIA menegaskan kemitraan kami yang sukses dengan para operator di Indonesia," ujarnya.
Selain satelit SATRIA, Thales juga telah menyepakati kontrak pesanan 13 radar pengintai jarak jauh dengan PT LEN Industri Indonesia. Kontrak persetujuan keduanya disepakati saat pameran Paris Air Show 2023.
Radar ini akan memungkinkan angkatan udara Indonesia, mendapatkan gambaran udara yang lebih lengkap dalam mendeteksi semua jenis ancaman. Mulai dari ancaman jet tempur dan rudal hingga helikopter yang melayang-layang dan kendaraan udara tak berawak (UAV), yang berkontribusi pada deteksi dini ancaman.
Perusahaan asal Prancis, Thales Alenia Space, telah berpengalaman lebih dari 40 tahun di pengembangan teknologi penerbangan dan antariksa. Thales juga memiliki teknologi di bidang telekomunikasi, navigasi, pengamatan bumi, manajemen lingkungan, eksplorasi, sains, dan infrastruktur orbit.
Berbagai negara dan industri dunia mengandalkan Thales Alenia Space untuk merancang sistem berbasis satelit yang menyediakan koneksi dan pemosisian lokasi, pemantauan planet, meningkatkan pengelolaan sumber daya, serta penjelajahan tata surya dan sekitarnya.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
