Sabtu 24 Jun 2023 18:27 WIB

Pasukan Chechnya Siap Berhadapan dengan Tentara Bayaran Wagner

Pemimpin Wagner disebut melakukan pemberontakan terhadap pemerintah Rusia.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nidia Zuraya
Pemimpin regional Chechnya Ramzan Kadyrov mengatakan pada Sabtu (24/6/2023), bahwa pasukannya siap untuk membantu memadamkan pemberontakan pemimpin tentara bayaran Wagner Yevgeny Prigozhin.
Foto: AP/Musa Sadulayev
Pemimpin regional Chechnya Ramzan Kadyrov mengatakan pada Sabtu (24/6/2023), bahwa pasukannya siap untuk membantu memadamkan pemberontakan pemimpin tentara bayaran Wagner Yevgeny Prigozhin.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Pemimpin pasukan Chechnya Ramzan Kadyrov mengatakan pada Sabtu (24/6/2023), bahwa pasukannya siap untuk membantu memadamkan pemberontakan pemimpin tentara bayaran Wagner Yevgeny Prigozhin. Dia menyatakan, bahkan mereka bersedia menggunakan cara-cara keras jika diperlukan.

Kadyrov dalam sebuah pernyataan menyebut perilaku Prigozhin sebagai menikam dari belakang. Dia meminta tentara Rusia untuk tidak menyerah pada provokasi apa pun.

Baca Juga

Menurut Kadyrov, unit Chechnya sedang bergerak menuju zona ketegangan. Pasukan bayaran itu akan bertindak untuk membantu unit Rusia dan mempertahankan kenegaraan Rusia.

Sekutu dekat Presiden Rusia Vladimir Putin yang memimpin pasukan militer ekstensif di Chechnya ini sebelumnya dipandang sebagai sekutu Prigozhin. Dia berbagi beberapa kritik bersama pemimpin Wagner terhadap hierarki militer Rusia.

Tapi, dalam beberapa minggu terakhir, komandan Chechnya yang bersekutu dengan Kadyrov mulai mengkritik ledakan kemarahan Prigozhin terhadap Kementerian Pertahanan. Pasukan ini mulai mengikuti aturan yang ditetapkan Kementerian Pertahanan, termasuk melakukan menandatangani kontrak bahwa pasukan di bawah kendali Menteri Pertahanan Sergei Shoigu.

Pemberontakan Prigozhin dapat memicu krisis domestik paling serius bagi Putin. Sebagai tanda betapa seriusnya Istana Kremlin menanggapi ancaman tersebut, keamanan ditingkatkan di Moskow.

Pasukan Wagner telah memainkan peran penting dalam perang Rusia di Ukraina, berhasil merebut kota tempat terjadinya pertempuran paling berdarah dan terpanjang, Bakhmut. Namun, setelah itu Prigozhin semakin mengkritik kepemimpinan militer Rusia, menuduhnya tidak kompeten dan membuat pasukannya kelaparan akan senjata dan amunisi. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement