REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Perdana Menteri Rusia Mikhail Mishustin mengatakan, negaranya sedang menghadapi 'tantangan stabilitas' dan harus tetap bersatu mendukung Presiden Vladimir Putin. Hal itu disampaikan usai pemberontakan singkat tentara bayaran Wagner.
Kesepakatan Sabtu (24/6/2023) malam waktu setempat berhasil meredam pemberontakan dan mencegah pertumpahan darah. Kremlin mengatakan tentara bayaran Wagner akan kembali ke markasnya, sementara pendiri mereka, Yevgeny Prigozhin akan pindah ke Belarusia. Kremlin mengatakan semua dakwaan pidana Prigozhin dan anak buahnya akan dibatalkan.
Dalam penampilan pertama pejabat tinggi Rusia usai pemberontakan itu, dalam rapat pemerintah yang disiarkan televisi, Mishustin mengimbau persatuan nasional dalam menghadapi apa yang ia sebut upaya Barat menghancurkan Rusia.
"Hal utama situasi ini adalah untuk memastikan kedaulatan dan kemerdekaan negara, keamanan dan kesejahteraan masyarakat kami," kata Mishustin, Senin (26/6/2023).
"Untuk itu, sangat penting konsolidasi seluruh masyarakat, kami harus bertindak bersama, sebagai satu tim, dan mempertahankan kesatuan semua angkatan, berkumpul di sekitar presiden," kata teknokrat yang diangkat sebagai perdana menteri pada tahun 2020 itu.
Mishustin mantan kepala kantor pajak federal Rusia yang juga menyerang Barat. "Seperti yang dicatat presiden, hampir seluruh mesin militer, ekonomi, informasi Barat ditunjukan pada kami," katanya.
Pada Sabtu lalu Putin mengatakan pemberontakan tentara bayaran Wagner mengancam eksistensi Rusia dan berjanji menghancurkannya. Namun ia belum memberikan komentar ke publik setelah kesepakatan yang ditengahi Presiden Belarusia Alexander Lukashenko meredakan krisis tersebut.