Selasa 27 Jun 2023 19:01 WIB

Presiden Belarusia: Sudah Ada Ketegangan Wagner dengan Militer Rusia Sebelum Pemberontakan

Aksi pemberontakan tentara bayaran Wagner terhadap Rusia dimulai Jumat (23/6/2023).

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nidia Zuraya
Dalam fotPresiden Rusia Vladimir Putin (kanan) dan Presiden Belarusia Alexander Lukashenko berbicara satu sama lain selama sesi pleno Forum Ekonomi Eurasia di Moskow, Rusia, Rabu, 24 Mei 2023.
Foto: Vyacheslav Viktorov via AP
Dalam fotPresiden Rusia Vladimir Putin (kanan) dan Presiden Belarusia Alexander Lukashenko berbicara satu sama lain selama sesi pleno Forum Ekonomi Eurasia di Moskow, Rusia, Rabu, 24 Mei 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, MINSK -- Presiden Belarusia Alexander Lukashenko mengatakan, sebelum terjadi pembelotan, tentara Wagner dan militer Rusia telah terlibat ketegangan. Namun dia menilai, Moskow tak menangani dan mengelola ketegangan tersebut.

“Kami salah menangkap situasinya, dan kemudian kami pikir (ketegangan) itu akan teratasi dengan sendirinya. Namun ternyata tidak terselesaikan,” kata Lukashenko yang berperan dalam memediasi Wagner dan Rusia pekan lalu, Selasa (27/6/2023).

Baca Juga

Menurutnya, tidak ada pahlawan dalam peristiwa pembelotan tentara Wagner. “Dua orang yang bertempur di garis depan bentrok, tidak ada pahlawan dalam kasus ini,” ujar Lukashenko mengacu pada pemimpin Wagner Yevgeny Prigozhin dan Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu.

Lukashenko mengungkapkan, saat pembelotan Wagner terjadi pekan lalu, dia telah memerintahkan militer di negaranya untuk siaga tempur. “Saya memberikan semua perintah untuk membawa para tentara ke kesiapan tempur penuh,” ujar tokoh yang merupakan sekutu Presiden Rusia Vladimir Putin tersebut.

Lukashenko menilai, jika Rusia runtuh akibat pembelotan Wagner, Barat akan memanfaatkan kekacauan tersebut. Rakyat Rusia dan Belarusia akan turut menjadi korban.

Aksi pembelotan tentara bayaran Wagner terhadap Rusia dimulai pada Jumat (23/6/2023) pekan lalu. Pasukan Wagner sebelumnya diketahui bertempur bersama tentara Rusia melawan militer Ukraina. Wagner berperan besar dalam membantu Rusia memenangkan pertempuran di wilayah Bakhmut bulan lalu.

Pemimpin Wagner, Yevgeny Prigozhin, mengatakan, aksi pembelotan dilakukan karena militer Rusia telah melancarkan serangan udara yang menyebabkan sejumlah besar pasukannya tewas. Prigozhin secara khusus mengincar Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu dan Panglima Angkatan Bersenjata Rusia Jenderal Valery Gerasimov.

Prigozhin menarik ribuan pasukannya dari garis depan pertempuran dengan Ukraina kemudian bergerak menuju Moskow. Vladimir Putin memandang aksi Wagner sebagai pengkhianatan.

Prigozhin dan pasukannya sempat berhasil menguasai beberapa fasilitas militer di Rostov dan Voronezh pada Sabtu (24/6/2023). Namun sebelum tiba di Moskow, sekutu Putin, yakni Alexander Lukashenko, memutuskan menghubungi Prigozhin dan melakukan pembicaraan dengannya.

Kremlin menyebut, Lukashenko telah meminta persetujuan Putin untuk memediasi keadaan. Lukashenko disebut telah mengenal Prigozhin selama 20 tahun. Setelah pembicaraan dengan Lukashenko, Prigozhin akhirnya memutuskan menghentikan aksi pembelotannya.

Pasukan Wagner yang sudah menuju Moskow ditarik. Dalam pernyataannya, Prigozhin mengatakan, dia tidak ingin adanya pertumpahan darah di Rusia.

Sementara itu Rusia memutuskan membatalkan dakwaan hukum terhadap Prigozhin yang memimpin aksi pembelotan pasukan Wagner. Moskow pun menyatakan tidak akan menuntut para tentara Wagner yang terlibat dalam pembelotan.

Padahal sebelumnya Putin telah sesumbar akan menghukum keras siapa pun yang terlibat dalam aksi tersebut. Selain itu, dalam kesepakatan dengan Wagner yang dimediasi Alexander Lukashenko, Rusia juga mengizinkan Prigozhin untuk pergi ke Belarusia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement