REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) mendesak Israel dan Palestina menahan diri pada Selasa (27/6/2023). Upaya itu agar menghindari tindakan yang dapat semakin mengobarkan ketegangan di wilayah pendudukan Tepi Barat.
Anggota DK PBB pun menyerukan pengekangan dan mendorong langkah-langkah tambahan untuk memulihkan ketenangan yang tahan lama dan mengurangi ketegangan. Pernyataan itu didukung oleh Amerika Serikat (AS) dan Rusia. Kesepakatan dua negara itu mencerminkan keprihatinan internasional yang meluas atas kekerasan yang meningkat terutama oleh pasukan dan pemukim Israel.
Wakil duta besar AS Robert Wood mengatakan kepada DK PBB, bahwa pemerintahan Joe Biden berbagi kekhawatiran yang sama dengan PBB. Dia mengatakan, AS merasa ngeri dengan serangan teror brutal di dekat kota Eli di Tepi Barat pada 21 Juni yang menewaskan empat orang dan melukai beberapa lainnya.
Wood juga mengutuk serangan pemukim ekstremis baru-baru ini terhadap warga sipil Palestina. Tindakan itu telah mengakibatkan kematian, cedera, dan kerusakan signifikan pada properti warga.
Wood mengatakan AS sangat terganggu oleh pengumuman Israel tentang pemukiman baru. Washington juga keberatan atas laporan bahwa mereka mengambil langkah-langkah untuk mempercepat perencanaan dan persetujuan pemukiman.
Sedangkan Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia menyatakan, keprihatinan serius atas kekerasan yang meningkat. Serangan Israel pada 19 Juni di Kamp Pengungsi Jenin menewaskan tujuh warga Palestina, bentrokan antara pemukim Israel dan warga Palestina, dan mengintensifkan aktivitas Israel untuk memperluas dan melegalkan permukiman.
Nebenzia memperingatkan bahwa situasi akan tetap meledak sampai negosiasi dilanjutkan untuk mencapai kesepakatan solusi dua negara yang membuat Israel dan Palestina hidup berdampingan dalam damai. Dia mengulangi seruan Rusia untuk mengadakan pertemuan dengan Liga Arab dan negara-negara tetangga guna mendorong pembicaraan yang telah lama terhenti.
Utusan Timur Tengah PBB Tor Wennesland sebelumnya menyatakan, lonjakan kekerasan yang mengkhawatirkan di Tepi Barat menyebabkan banyak korban Palestina dan Israel. Dia memperingatkan DK PBB, kecuali perlu langkah tegas diambil sekarang untuk mengendalikan kekerasan.
"Ada risiko signifikan bahwa kejadian dapat memburuk lebih lanjut," ujar Wennesland.
Wennesland menyatakan, sangat khawatir dengan tingkat ekstrem kekerasan pemukim, termasuk sejumlah besar pemukim banyak yang bersenjata. Mereka menyerang desa-desa Palestina secara sistematis dan meneror masyarakat, kadang-kadang dengan dukungan dari pasukan Israel.
Tahun ini telah menjadi salah satu yang paling mematikan bagi warga Palestina di Tepi Barat selama bertahun-tahun. Pekan lalu terjadi peningkatan besar dalam kekerasan pemukim dengan sedikitnya 137 warga Palestina telah meninggal oleh tembakan Israel di Tepi Barat pada 2023. Hingga Sabtu (24/6/2023), 24 orang di pihak Israel telah meninggal dalam serangan Palestina.
Pada saat kekerasan meningkat, muncul kritik dari DK PBB terhadap rencana pemerintah sayap kanan Israel untuk membangun lebih dari 5.000 rumah baru di pemukiman Yahudi di Tepi Barat. Tidak sampai di situ, Tel Aviv pun mempercepat persetujuan pemukiman. Dalam hukum internasional, semua permukiman Israel di wilayah pendudukan adalah ilegal.
Wennesland memperingatkan bahwa ekspansi tanpa henti permukiman Israel memicu kekerasan. Keputusan itu juga menghalangi akses warga Palestina ke tanah dan sumber daya, membentuk kembali geografi Tepi Barat, dan mengancam kelangsungan hidup negara Palestina di masa depan.