Kamis 29 Jun 2023 17:00 WIB

Di Balik Idul Adha Tanpa Kurban di Masjid Niujie

Faktor kesehatan hewan menjadi alasan ditiadakannya pemotongan hewan kurban di Niujie

Warga melaksanakan Sholat Idul Fitri di Masjid Niujie di Beijing, China, 22 April 2023.
Foto:

Suara lonceng berdering saat jarum jam tepat menunjuk angka 09.00 waktu setempat (08.00 WIB) diikuti dengan lantunan takbir oleh seorang muazin yang berdiri di serambi masjid.bSekelompok imam yang berjubah putih dengan serban warna senada sudah berbaris di sebelah menara utara. Sesaat kemudian mereka berjalan beriringan menuju bangunan utama masjid menapaki karpet merah yang .

Sekitar seribu anggota jamaah memadati bangunan utama masjid, serambi, lorong, dan halaman tengah sejak satu setengah jam yang lalu.

Salah satu di antara imam tersebut, memberikan tausiah tentang hikmah Idul Adha dengan menggunakan bahasa Mandarin yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit.

Shalat Id yang menjadi ritual utama rangkaian Idul Adha digelar pada pukul 09.30 waktu setempat (08.30 WIB) dipimpin seorang imam lainnya. Disusul kemudian dengan pembacaan khutbah Idul Adha dalam bahasa Arab yang berlangsung sekitar 20 menit.

Dari segi jumlah, jamaah shalat Idul Fitri di Masjid Niujie sudah setara bahkan mungkin melebihi situasi sebelum pandemi COVID-19.

Pada Idul Adha tahun 2021, masjid yang mampu menampung sekitar 1.000 orang tersebut menggelar shalat Id dengan menerapkan protokol kesehatan yang sangat ketat, bahkan setiap jemaah wajib menunjukkan hasil negatif tes usap (PCR).

Namun pada Idul Adha tahun 2022, shalat Id di masjid tersebut ditiadakan. Sama halnya dengan di masjid-masjid di Beijing lainnya karena pada saat itu otoritas setempat mengunci akses (lockdown) di berbagai kawasan. 

Bahkan sejak Januari hingga menjelang Kongres Nasional Ke-20 Partai Komunis China (CPC) pada Oktober 2022, otoritas kesehatan di Kota Beijing beberapa kali memberlakukan lockdown sehingga pergerakan masyarakat pun sangat terbatas.

Nah, baru pada Kamis pagi itulah Masjid Niujie kembali didatangi jamaah dalam jumlah yang masif seperti pada era sebelum pandemi COVID-19. Apalagi sejak kepemimpinan CPC yang baru telah menurunkan level prokes antipandemi sehingga memudahkan jamaah untuk melaksanakan shalat sunah muakadah tersebut meskipun dengan level pengamanan yang lebih ketat dibandingkan sebelum pandemi.

Perbedaan yang sangat mencolok di Niujie adalah ditiadakannya pemotongan binatang kurban sebagai bagian dari tradisi yang melekat di kalangan umat Islam China.

Pada era sebelum pandemi, ratusan kambing dan sapi yang hendak dipotong secara massal di halaman belakang menjadi daya tarik tersendiri bagi jamaah shalat Idul Adha di Masjid Niujie.

Faktor kesehatan hewan ternak yang menjadi prioritas utama otoritas China disebut-sebut sebagai alasan ditiadakannya tradisi potong hewan kurban secara massal dalam beberapa tahun terakhir. Tak ada daging kurban, tak ada pula santap bersama di masjid itulah yang menjadikan semua restoran dan penjual makanan di Jalan Niujie makin disibukkan oleh para pembeli yang berjubel pada Kamis pagi hingga siang itu.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement