REPUBLIKA.CO.ID,BEIJING – Perusahaan agen perjalanan terbesar di dunia asal Cina, Trip.com Group, akan menyediakan tunjangan sebesar 50 ribu yuan untuk setiap anak yang dimiliki pegawainya. Itu menjadi inisiatif perdana dari perusahaan swasta Negeri Tirai Bambu karena saat ini Cina sedang berupaya menangani populasi yang menua.
Trip.com Group akan mulai memberikan tunjangan anak pada 1 Juli 2023 mendatang. Perusahaan tersebut bakal membayar subsidi tunai orang tua sebesar 10 ribu yuan setiap tahun selama lima tahun untuk setiap anak yang lahir dari karyawannya di seluruh dunia. Program itu akan menelan biaya sekitar 1 miliar yuan. Trip.com memiliki 400 juta pengguna di dunia.
"Saya selalu menyarankan agar pemerintah memberikan uang kepada keluarga dengan anak, terutama banyak anak, untuk membantu lebih banyak anak muda memenuhi keinginan mereka memiliki banyak anak. Perusahaan juga dapat berperan dalam kemampuan mereka sendiri untuk membangun suasana kesuburan yang menguntungkan,” kata Kepala Eksekutif Trip.com James Liang, Jumat (30/6/2023).
Liang, yang juga seorang ahli demografi, menerbitkan sebuah buku berjudul Population Strategies: How Population Affects Economy and Innovation tahun ini. Dalam buku tersebut dia menyarankan bahwa dua persen dari produk domestik bruto Cina harus digunakan untuk mendorong kesuburan.
Setelah kebijakan satu anak yang berlangsung sejak 1980 hingga 2015, para ahli demografi telah memperingatkan bahwa Cina akan menua sebelum menjadi kaya. Hal itu karena tenaga kerjanya menyusut. Tingkat kelahiran Cina tahun lalu turun menjadi 6,77 kelahiran per 1.000 orang, dari 7,52 kelahiran pada 2021, rekor terendah.
Pihak berwenang Cina pada 2021 mengatakan setiap pasangan suami-istri di negaranya dapat memiliki sebanyak tiga anak. Namun selama pandemi Covid-19 berlangsung, banyak pasangan di sana yang enggan memiliki bayi. Mereka mengutip biaya perawatan dan pendidikan anak yang tinggi sebagai alasan enggan mempunyai anak.
Faktor lain yang menyebabkan pasangan di Cina enggan memiliki anak adalah pendapatan rendah, jaring pengaman sosial yang lemah, dan ketidaksetaraan gender.